Makalah Sejarah dan Masalah Globalisme di Indonesia

Masalah Globalisme


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Kebudayaan Barat sudah mendominanisasi segala aspek. Segala hal selalu mengacu kepada Barat. Peradaban Barat telah menguasai dunia. Banyak perubahan-perubahan peradaban yang terjadi di penjuru dunia ini. Kebudayan Barat hanya sebagai petaka buruk bagi Timur. Timur yang selalu berperadaban mulia, sedikit demi sedikit mulai mengikuti kebudayaan Barat.
Masuknya budaya Barat ke Indonesia disebabkan salah satunya karena adanya krisis globalisasi yang meracuni Indonesia. Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Tentu saja pengaruh tersebut akan menghasilkan dampak yang sangat luas pada sistem kebudayaan masyarakat. Begitu cepatnya pengaruh budaya asing tersebut menyebabkan terjadinya goncangan budaya (culture shock), yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mampu menahan berbagai pengaruh kebudayaan yang datang dari luar sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Adanya penyerapan unsur budaya luar yang di lakukan secara cepat dan tidak melalui suatu proses internalisasi yang mendalam dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan antara wujud yang di tampilkan dan nilai-nilai yang menjadi landasannya atau yang biasa disebut ketimpangan budaya.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang kami ambil adalah
  1. Apakah konsep dari Sejarah Kebudayaan?
  2. Bagaimana proses masuknya Kebudayaan Eropa ke Indonesia?
  3. Negara Eropa manakah yang pernah datang ke Indonesia?
  4. Bagaimana pengaruh Kebudayaan Eropa yang datang ke Indonesia?
  5. Akulturasi apa saja yang diambil dari Kebudayaan Eropa?
  6. Apa saja dampak Positif dan Negatif dari masuknya Budaya Eropa?

1.3  Tujuan
Melihat rumusan masalah diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
  1. Mengerti dan memahami konsep Sejarah Kebudayaan.
  2. Memahami proses masuknya Budaya Eropa.
  3. Mengerti dan memahami negara Eropa mana saja yang pernah datang ke Indonesia.
  4. Mengerti dan memahami pengaruh-pengaruh dari kebudayaan Eropa.
  5. Mengerti dan memahami Akulturasi yang diambil dari kebudayaan Eropa.
  6. Mengerti dan memahami dampak-dampak dari masuknya budaya Eropa.












BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Konsep Kebudayaan dan Unsur-Unsur Kebudayaan
2.1.1 Konsep kebudayaan
Menganalisis konsep kebudayaan perlu dilakukan dengan pendekatan dimensi wujud dan isi dari wujud kebudayaan. Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu:
a)      Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia.
b)      Kompleks aktivitas, berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat konkret, dapat diamati atau diobservasi.
c)      Wujud sebagai benda/ hasil karya manusia.

2.1.2 Unsur-unsur kebudayaan
Menurut konsep B. Malinowski, kebudayaan didunia mempunyai tujuh unsur universal, yaitu:
1)      Bahasa.
2)      Sistem teknologi.
3)      Sistem mata pencaharian.
4)      Organisasi social.
5)      Sistem pengetahuan.
6)      Religi.
7)      Kesenian.

2.2  Masuknya bangsa Eropa di Indonesia
Sebelum membahas proses masuknya bangsa Eropa ke Indonesia, penulis akan menjabarkan penyebab masuknya budaya luar ke Indonesia. Masuknya budaya luar ke dalam budaya Indonesia di sebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

  1. Faktor Perekonomian khususnya faktor perdagangan
Faktor perdagangan membawa pengaruh besar terhadap masuknya budaya luar terhadap budaya Indonesia. Pengaruh ini biasanya di awali dari daerah pesisir tempat berlabuh kapal-kapal pedagang. Masuknya budaya tersebut ada yang dengan cara damai dan ada pula dengan melalui kekerasan dan mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat. Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.

2.      Faktor Politik
Apabila melihat pada bukti sejarah bahwa Belanda menguasai Indonesia sampai 350 tahun, waktu yang cukup lama. Dengan melihat kenyataan ini sudah barang tentu budaya yang mereka bawa akan berpengaruh terhadap budaya kita, hal ini dapat kita lihat pada peninggalan benda-benda sejarah misalnya bagunan, karya seni, bahkan hukum. Dalam bidang seni Indonesia mengenal seni modern setelahnya Belanda masuk ke Indonesia. Masuknya budaya luar ini identik dengan kekerasan, dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan sebagai pengaruh kepentingan politik.



3.      Faktor sosial dan globalisasi
Yang dimaksud dengan faktor sosial adalah hubungan antar negara. Hubungan ini tentunya akan membawa dampak terhadap budaya. Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu.
Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia.
Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar.
Dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain. Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik secara budaya. Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita. Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain. Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi.
Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain.
Pada abad ke-15 dan abad ke-16, bangsa eropa giat mengadakan pelayaran-pelayaran jauh. Mereka menjelajahi lautan dan samudera. Ada beberapa hal yang mendorong mereka melakukan pelayaran-pelayaran yang jauh yaitu:
1.      Kemajuan di bidang astronomi atau ilmu perbintangan. Ahli ilmu perbintangan yang terkenal pada waktu itu, ialah Copernicus dan Galileo.
2.      Penemuan alat-alat pelayaran, terutama kompas atau pedoman. Alat itu dapat menunjukan kea rah mana kita menuju, dan menunjukan dengan tepat tempat-tempat yang ada pada peta.
3.      Kisah perjalanan Marcopolo, adalah seorang Italia dari kota Venesia, yang banyak mengunjungi Negara-negara yang terletak di sebelah Timur benua Eropa, Negara Cina, dan dapat singgah ke Indonesia, yaitu di kerajaan Perlak, Aceh pada tahun 1292. Di kerajaan Perlak Marcopolo juga menjumpai banyak pedagang Islam yang datang dari India/Gujarat. Kisah perjalanan Marcopolo tersebar luas di benua Eropa dan mengisahkan tentang keindahan dan kekayaan Negara-negara uyang dikunjungi, seperti di dalam mimpi saja katanya. Negara-negara Timur sangat indah dan kaya raya. Banyak orang Eropa yang tergiur untuk mengunjungi Negara-negara Timur.
4.      Jatuhnya kota Bizantium atau Konstantinopel ke tangan pasukan-pasukan Islam Turki, pada tahun 1453.

Yang paling kuat mendorong bangsa Eropa untuk mencari sendiri jalan ke Asia ialah karena jatuhnya kota Binzantium atau Konstantinovel ke tangan Turki tahun 1453. Dulu kota Konstantinopel menjadi pusat perdagangan ke Eropa. Dari sini bermacam-macam barng dagangan dibawa ke pelabuhan-pelabuhan Eropa, dengan bandar-bandar yang terkenal dan ramai waktu itu ialah Venesia, Genua dan Lisabon. Salah satu barang dagangan yang sangat laku ialah rempah-rempah yang digunakan terutama sebagai bumbu penyedap dan pengawet makanan, juga digunakan sebagai bahan obat-obatan.
Indonesia merupakan sebagai salah satu asal rempah-rempah. Sejak dahulu kala rempah-rempah Indonesia sudah terkenal, dan digemari oleh orang-orang Eropa, seperti lada dari Sumatera, pala dan cengkeh dari kepulauan Maluku. Orang-orang Eropa menerima rempah-rempah itu dari pedagang-pedagang perantara. Jadi mereka tidak membeli dan menerima langung rempah-rempah itu dari pedagang-pedagang Indonesia. Rempah-rempah itu sampai beberapa kali berpindah tangan dan lama sekali baru sampai ke Eropa. Dari itu harga rempah-rempah menjadi mahal. Oleh karena itu, mereka ingin sekali mencapai Negara asal rempah-rempah dan langsung membeli secara langsung dari orang-orang Indonesia. Itulah yang sangat kuat mendorong mereka untuk mencapai Indonesia.
Pada tahun 1453 kota Konstatinopel jatuh ke tangan pasukan Islam Turki, dari itu orang-orang Eropa dilarang berdagang di Konstatinopel. Hal ini disebabkan pada masa itu beberapa kali terjadi perang salib, yaitu perang antara umat Kristen dengan umat Islam. Sejak itulah orang-orang Eropa harus menjelajahi lautan dan samudera. Mereka ingi mencapai Negara asal rempah-rempah itu, dan yang menjadi pelopor bangsa Portugis dan Spanyol. Pada tahun 1486 Bartholomeus Diaz berhasil mencapai ujung selatan Benua Afrika. Kemudian Columbus berhasil menemukan jalan ke Benua Amerika pada tahun 1492. Maka orang-orang Portugis semakin giat mengarungi lautan. Ada tiga tujuan yang mendorong orang-orang Portugis dan orang-orang Spanyol menjelajahi lautan yaitu:
  1. Mereka ingin mencari dan menguasai Negara baru yang mereka temukan.
  2. Mereka ingin mencari dan mengeruk ,kekayaan dari Negara-negara yang mereka kuasai.
  3. Mereka ingin mempunyai kewajiban suci untuk menyebarkan agama Kristen di kalangan penduduk negeri-negeri itu.

Bangsa Eropa mula-mula muncul di Indonesia adalah orang-orang Portugis, kemudian menyusul orang-orang Spanyol. Kedua bangsa itu giat menyebarkan agama Kristen Katolik. Bangsa Eropa lainnya yang datang adalah Belanda, Inggris, dan Perancis. Mereka datang ke tanah air kita terutama untuk berdagang. Pada tahun 1497 Vasco da Gama berhasil mencapai Mozambiq, terletak di pantai timur Benua Afrika. Pada tanggal 20 Mei 1498 Vasco da Gama sampai ke kota  Calikut, di pantai barat India. Jadi India telah dicapai oleh orang-orang Portugis melalui lautan. Pada tahun 1511 D’albuquerque berhasil menguasai selat Malaka dan kemudian melanjutkan dengan menguasai Maluku pada tahun 1515. Hadirnya D’albuquerque di wilayah Indonesia telah dapat diartikan pengaruh Kristen telah memasuki Indonesia. Apabia motif kedatangan orang-orang Portugis ada tiga faktor yaitu agama, ekonomi, dan petualangan, maka kedatangan orang Belanda mempunyai dua motif yaitu ekonomi dan petualangan.

2.3  Bangsa Eropa yang pernah datang Ke Indonesia
2.3.1 Bangsa Portugis
Ekspedisi pertama untuk mencari jalan langsung ke Indonesia dirintis oleh bangsa Portugis dan Spanyol. Bangsa-bangsa lain seperti Inggris, Prancis, dan Belanda baru melakukan ekspedisi setelah kedua bangsa ini menemukan jalan ke Indonesia.
Orang Portugis pertama yang mencoba mencari jalan baru ke Indonesia adalah Bartholomeus Diaz. Ia meninggalkan Portugal pada tahun 1486. Ia menyusuri pantai barat Afrika hingga tiba di Tanjung Harapan baik, namun ia gagal mencapai Indonesia. Setelah Bartholomeus Diaz menemukan jalan ke timur di Tanjung Harapan Baik (Afrika Selatan), upaya mencari jalan ke Indonesia diteruskan oleh armada-armada Portugis berikutnya.
Armada Portugis berikutnya yang mencoba berlayar ke Indonesia dipimpin oleh Vasco da Gama. Mereka berangkat pada tahun 1497 dan berhasil melewati Tanjung Harapan Baik. Sewaktu tiba di Pelabuhan Malinda (Afrika Timur), mereka bertemu dengan pedagang-pedagang Arab dan India. Namun, jalan ke Asia Tenggara tetap dirahasiakan oleh para pedagang tersebut. Oleh karena itu, orang-orang Portugis melanjutkan perjalannya menyusuri pantai timur Afrika. Mereka harus melewati perairan dengan ombak yang sangat besar. Daerah itu terletak di timur laut Afrika terutama di sekitar Ujung Tanduk. Oleh karena itu, daerah ini disebut Guadafui (berhati-hatilah).
Ekspedisi ini kemudian berhasil melewati selat di ujung selatan Laut Merah yang disebutnya Bab el Mandeb (Gapura Air Mata). Pada tahun 1498, Vasco da Gama tiba di Kalikut (India). Sejak saat itu, perdagangan antara orang Eropa dan India tidak lagi melalui jalur Laut Tengah melainkan melalui pantai timur Afrika.
Namun, penemuan ini belum juga memuaskan bangsa Portugis. Mereka ingin menjelajahi daerah timur lainnya yakni Malaka dan Maluku.
Pada waktu itu, di Asia Tenggara terdapat salah satu daerah pusat perdagangan yang sangat ramai dikunjungi. Daerah tersebut adalah Malaka sedangkan daerah sumber rempah-rempahnya adalah Maluku. Bagi Portugis, cara termudah menguasai perdagangan di sekitar Malaka termasuk di Maluku adalah dengan merebut atau menguasai Malaka. Kolonialisme Portugis di Indonesia dimulai sejak kedatangan Alfanso d’Albuquerque di Maluku. Pada tahun 1511, ekspedisi Portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerqueberhasil menaklukkan Malaka. Dari sana mereka menuju Maluku dan diterima dengan baik oleh raja Ternate. Mereka diperkenankan berdagang dan membangun benteng di Ternate.
2.3.2 Bangsa Spanyol
Pelopor bangsa Spanyol yang mencari jalan langsung ke Indonesia adalah Christopher Columbus, ia berjalan kearah barat. Setelah dua bulan, ia sampai di sebuah pulau yang kemudian dinamakan San Salvador. Columbus gagal mencapai India.
Setelah Columbus gagal menemukan India, ekspedisi Spanyol selanjutnya ke daerah rempah – rempah dipelopori oleh Ferinand Magellan. Berbeda dengan armada Portugis, pada tahun 1519 Magellan berangkat melalui Samudera Atlantik. Setelah melewati ujung Amerika Selatan, ia masuk ke Samudera Pasifik. Ia tiba di Filipina pada tahun 1521. sewaktu mencoba mengatasi perang antarsuku di Cebu, Magellan terbunuh. Ia digantikan oleh Del Cano. Dalam perjalanan kembali ke Spanyol, mereka singgah di Tidore. Sejak saat itu, terjalin kerja sama antara Spanyol dan Tidore. Kerja sama itu tidak hanya dalam hal perdagangan, tetapi juga diperkuat dengan dibangunnya benteng Spanyol di Tidore.
Kondisi tersebut tentu saja menyebabkan antara Portugis dan Spanyol saat itu, Portugis membuka kantor dagangnya di Ternate. Portugis merasa terancam dengan hadirnya Spanyol di Tidore. Hal ini diperkuat lagi dengan kenyataan bahwa Tidore dan Ternate telah lama bermusuhan. Dengan alasan tersebut, Portugis yang didukung pasukan Tidore dengan mudah melumpuhkan dan merebut benteng Spanyol di Tidore. Namun, berkat perantara Paus di Roma, Portugis dan Spanyol akhirnya mengadakan perjanjian yang disebut Perjanjian Zaragosa. Berdasarkan perjanjian itu, Maluku dikuasai Portugis sedangkan Filipina dikuasai Sepanyol.

2.3.3 Bangsa Inggris
Kedatangan bangsa Inggris ke Indonesia dirintis oleh Francis Drake dan Thomas Cavendish. Dengan mengikuti jalur yang dilalui Magellan, pada tahun 1579 Francis Drake berlayar ke Indonesia. Armadanya berhasil membawa rempah-rempah dari Ternate dan kembali ke Inggris lewat Samudera Hindia. Perjalanan beriktunya dilakukan pada tahun 1586 oleh Thomas Cavendish melewati jalur yang sama.
Pengalaman kedua pelaut tersebut mendorong Ratu Elizabeth I meningkatkan pelayaran internasioalnya. Hal ini dilakukan dalam rangka menggalakan ekspor wol, menyaingi perdagangan Spanyol, dan mencari rempah-rempah. Ratu Elizabeth I kemudian memberi hak istimewa kepada EIC (East Indian Company) untuk mengurus perdagangan dengan Asia. EIC kemudian mengirim armadanya ke Indonesia. Armada EIC yang dipimpin James Lancestor berhasil melewati jalan Portugis (lewat Afrika). Namun, mereka gagal mencapai Indonesia karena diserang Portugis dan bajak laut Melayu di selat Malaka.
Awal abad ke 17, Inggris telah memiliki jajahan di India dan terus berusaha mengembangkan pengaruhnya di Asia Tenggara, kahususnya di Indonesia. Kolonialisme Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604. menurut catatan sejarah, sejak pertama kali tiba di Indonesia tahun 1604, EIC mendirikan kantor-kantor dagangnya. Di antaranya di Ambon, Aceh, Jayakarta, Banjar, Japara, dan Makassar.
Walaupun demikian, armada Inggris tidak mampu menyaingi armada dagang barat lainnya di Indonesia dagang Barat lainnya di Indonesia, seperti Belanda. Mereka akhirnya memusatkan aktivitas perdagangannya di India. Mereka berhasil membangun kota-kota perdagangan seperti Madras, Kalkuta, dan Bombay.

2.3.4 Bangsa Belanda
Armada Belanda yang pertama berusaha mencapai Indonesia dipimpin Van Neck, namun ekspedisi ini gagal. Kemudian, pada tahun 1595 armada Belanda dipimpin Cornelis de Houtman dan Pieter de Kaizer berangkat menuju Indonesia. Mereka menyusuri pantai barat Afrika lalu sampai ke Tanjung Harapan Baik. Dari sana, mereka mengarungi Samudera Hindia dan masuk ke Indonesia melalui Selat Sunda lalu tiba di Banten.
Armada ini tidak diterima oleh rakyat Banten karena Belanda bersikap kasar. Selain itu, hubungan antara Banten dan Portugis masih baik.Dari Banten, armada ini bermaksud menuju Maluku untuk membeli rempah-rempah namun gagal mencapai Maluku. Cornelis de Houtman tiba kembali di negaranya pada tahun 1597. ia disambut sebagai penemu jalan ke Indonesia.
Setelah Cornelis, armada Belanda datang ke Indonesia susul menyusul. Hal ini mengakibatkan lalu lintas Indonesia – Belanda menjadi ramai. Armada Belanda yang pertama mencapai Maluku adalah armada kedua. Mereka berhasil melakukan pembelian remapah-rempah disana.
Pada awalnya, Belanda memang gagal menghadapi persaingan dengan Portugis, baik di Maluku maupun di pelabuhan-pelabuhan lain di Indonesia. Namun, karena armada Belanda semakin hari semakin bertambah, sedikit demi sedikit armada Portugis mulai terdesak. Akhirnya Portugis terusir dari Maluku menandai era kolonialisme Belanda di Indonesia. Sejak itu, pedagang-pedagang Belanda semakin banyak yang datang ke Maluku.
Untuk mengatasi persaingan diantara pedagang-pedagang Belanda sendiri, pada tahun 1602 dibentuk VOC (Vereenigde OostIndische Compagnie) atau persekutuan Dagang Hindia Timur. VOC dipimpin oleh De Heren Zuventien (Dewan Tujuh Belas) dengan Pieter Both sebagai gubernur jenderal yang pertama.
Semula VOC berpusat di Ambon. Namun, sejak kepemimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen, pusat VOC dipindah ke Jayakarta yang kemudian berganti nama menjadi Batavia.
Untuk memperkuat kedudukan VOC di Indonesia, pemerintah Belanda memberikan hak-hak istimewa. Hak-hak istimewa VOC tersebut antara lain :
  • Hak monopoli dagang
  • Hak membuat dan mencetak uang
  • Hak membentuk tentara
  • Hak menyatakan perang ataupun membuat perjanjian
Dengan hak-hak tersebut berarti VOC memiliki kekuasaan seperti suatu negara. Mereka dapat bertindak bebas tanpa harus konsultasi lebih dulu dengan pemerintah Belanda di negeri induk. Dengan demikian, Belanda adalah bangsa yang paling lama berkuasa dan paling banyak mengeruk keuntungan perdagangan di Indonesia dibandingkan bangsa-bangsa lainnya.


2.4  Pengaruh Kedatangan Bangsa Eropa
Kedatangan bangsa Eropa ke indonesia membawa pengaruh yang sangat banyak bahkan sampai saat ini masih ada dan masih diterapkan di Indonesia. Berikut beberapa contoh pengaruh yang dibawa oleh bangsa Eropa yang dapat dilihat dari bebrerapa segi. Diantaranya dapat dilihat dari :

2.4.1 Bentuk Bangunan
Peninggalan budaya Belanda yang masih ada dan membudaya adalah rumah tinggal. Seperti diketahui, orang-orang Belanda kebanyakan tinggal di sentra-sentra kegiatan ekonomi di mana tanah dan material bangunannya cukup mahal. Sebab itu, banyak orang Belanda mengkonstruksi ruko (rumah sekaligus toko). Ruko ini pun marak dipakai oleh penduduk Tionghoa di kota-kota Indonesia.
Di masa sekarang, bentuk “ruko” ini cukup banyak bertebaran, terutama di kota-kota besar.Selain orang biasa, konstruksi banguna Belanda juga banyak dipakai oleh keluarga-keluarga “priyayi” Indonesia. Misalnya raja-raja Indonesia seperti di Banten dan Yogyakarta membangun rumah kediaman mereka serupa dengan konstruksi rumah-rumah Belanda. Tepatnya puri Belanda, yang juga berfungsi sebagai basis pertahahan terakhir tatkala terjadi perang.
Selain itu, bangunan Museum Fatahillah Jakarta merupakan wujud akulturasi dari kebudayaan yang dibawa oleh bangsa-bangsa Eropa ketika menjajah Indonesia. Bangunan Museum Fatahillah menyerupai Istana Dam di Amsterdam, yang terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.

2.4.2 Pemukiman Warga.
Selain bangunan, orang Eropa yang pernah menjajah Indonesia juga mendirikan semacam pemukiman. Ini misalnya Tugu di Jakarta Utara di mana orang Portugis dan turunannya menggabungkan diri. Juga di Depok, Jawa Barat di mana orang Belanda beranak pinak. Kendati kini sudah menipis jumlahnya, dari wilayah tersebut dikenal beberapa budaya semisal musik Kroncong Tugu sebagai bentuk seni musik Portugis. Masyarakat kampung Tugu lokasinya di daerah Semper, Koja, Jakarta Utara hingga kini masih dapat ditemui.     Penduduk awalnya berasal dari berbagai koloni Portugis di Malaka, Pantai Malabar, Kalkuta, Surate, Coromandel, Goa, dan Srilanka. Pada abad ke-17 mereka diboyong colonial Belanda ke Batavia sebagai tawanan perang. Di Batavia mereka ditempatkan di Gereja Portugis (sekarang Gereja Sion di Jl. Pangeran Jayakarta). Kemudian sebagian besar mereka pindah ke Kampung Tugu.

2.4.3 Kosa Kata.
Beberapa kosa kata Indonesia diambil dari bahasa Portugis. Kosa kata ini misalnya:
  • biola        >   viola
  • meja         >   mesa
  • mentega   >   mantaiga
  • pesiar       >   passear
  • pigura      >   figura
  • pita          >   fita
  • sepatu      >   sapato
  • serdadu    >   soldado
  • cerutu      >   charuto
  • jendela     >   janela
  • algojo       >   algoz
  • bangku     >   banco
  • bantal       >   avental
  • bendera    >   bandeira
  • bolu         >   balo
  • boneka     >   boneca



2.4.4 Agama.
Masuknya bangsa Eropa ke Indonesia juga berdampak pada keaneka ragaman sistem kepercayaan, bangsa Eropa menyebarkan agama Kristen di indonesia yang sampai saat ini kita bisa lihat perkembangan Agama Kristen Katolik dan Protestan masih ada di Indonesia. Kita bisa lihat pada kepercayaan yang dianut oleh orang-orang Maluku yang mayoritas penduduknya beragama Kristen.

2.5 Akulturasi Kebudayaan
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Dan kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.Berikut dampak yang terjadi di Indonesia akibat akulturasi budaya dari kebudayaan barat (Bangsa Eropa).
Akulturasi merupakan sebuah istilah dalam ilmu Sosiologi yang berarti proses pengambil alihan unsur-unsur (sifat) kebudayaan lain oleh sebuah kelompok atau individu. Adalah suatu hal yang menarik ketika melihat dan mengamati proses akulturasi tersebut sehingga nantinya secara evolusi menjadi Asimilasi (meleburnya dua kebudayaan atau lebih, sehingga menjadi satu kebudayaan). Menariknya dalam melihat dan mengamati proses akulturasi dikarenakan adanya Deviasi Sosiopatik seperti mental disorder yang menyertainya. Hal tersebut dirasa sangat didukung faktor kebutuhan, motivasi dan lingkungan yang menyebabkan seseorang bertingkah laku.
Namun akulturasi bangsa eropa tidak hanya terjadi pada saat penguasaan daerah-daerah di Indonesia pada jaman dahulu, tetapi akulturasi bangsa eropa saat inipun ada bahkan semakin pesat yang diakibatkan adanya globalisasi yang mendunia, terutama yang terjadi di Indonesia.
Kebudayaan barat (bangsa Eropa) boleh dikatakan sangat gencar merasuki setiap individu yang hidup dengan budaya ketimuran yaitu Indonesia. Budaya barat selalu menjadi cermin modernitas hingga dijadikan trendsetter oleh masyarakat Indonesia. Pengaruh kebudayaan barat tersebut tentu menimbulkan dampak pada budaya sendiri, baik dampak positif maupun negatif.
Sebenarnya kebudayaan barat yang dibawa bangsa Eropa sah-sah saja masuk ke Indonesia,tidak ada salahnya jika kebudayaan timur juga dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa Eropa. Tetapi sayangnya banyak masyarakat Indonesia yang kurang cerdas dalam memilih kebudayaan baru yang dibawa oleh bangsa barat, sebenarnya jika kita menjunjung nilai-nilai moral,etika dan keagamaan , kebudayaan barat yang cenderung merugikan dan bersifat negatif tidak akan menjajah kita bangsa Indonesia untuk kesekian kalinya.
Proses akulturasi antara kebudayaan di Indonesia dan kebudayaan Eropa sudah dimulai ketika kapal-kapal Portugis tiba di Maluku dan di Nusa Tenggara awal abad ke-16 (Koentjaraningrat 1996). Demikian juga ketika bangsa-bangsa dari negeri China melakukan hubungandengan  kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Salah satu produk hasil akulturasi adalah karya arsitektur. Beberapa karya arsitektur merupakan hasil penghayatan suatu agama, dapat digunakan sebagai alat pendidikan yang mudah dicerna siswa. Pemahaman bentuk dengan memahami sejarahnya akan membawa kita pada cakrawala baru untuk memahami arti perbedaan dan sebab dari perbedaan sehingga siswa belajar bertoleransi dan tanggap terhadap perbedaan tanpa merasa dikecilkan artinya atau merasa ditinggikan.
Kita bisa belajar adanya proses akulturasi budaya lewat karya sehingga kita bukan saja melihat indahnya perpaduan karya arsitektur, tetapi juga dapat belajar makna toleransi dalam akulturasi.

2.6  Dampak Positif dan Negatif dari adanya Pengaruh Kebudayaan Eropa
Dari pengaruh budaya yang telah ditorehkan oleh bangsa eropa terjadi dampak positif dan dampak negatif yang akan timbul.
Dampak Positif masuknya kebudayaan bangsa Eropa :
Ø  Dapat mempelajari kebiasaan, pola pikir dan perilaku bangsa Eropa yg maju sehingga mampu mendorong kita untuk lebih baik lagi dan maju seperti mereka.
Ø  Adanya kemudahan untuk memperlihatkan dan memperkenalkan kebudayaan negeri kita sendiri ke luar negeri.
Ø  Terjadinya akulturasi budaya yg mungkin bisa menciptakan kebudayaan baru yang unik.

Dampak Negatif masuknya kebudayaan Eropa :
Ø  Masuknya budaya asing yg lebih mudah diserap dan ditiru oleh masyarakat baik tua maupun muda, dan parahnya yang ditiru biasanya meniru perilaku yang buruk.
Ø  Adanya globalisasi bisa memungkinkan hilangnya suatu kebudayaan karena adanya percampuran antara kebudayaan lokal dgn kebudayaan dari luar, bisa juga karena memang tidak ada generasi penerus yg melestarikan budaya tersebut.
Ø  Mudah terpengaruh oleh hal yg berbau barat. Generasi muda lupa akan identitasnya sebagai bangsa Indonesia karena perilakunya banyak meniru budaya barat.
Ø  Menumbuhkan sifat dan sikap individualisme, tidak adanya rasa kepedulian terhadap orang lain. Padahal bangsa indonesia dulu terkenal dengan gotong royong.

Berikut merupakan salah satu contoh riil dari dampak positif dan dampak negatif masuknya kebudayaan Eropa :
1)     Hadirnya Globalisasi.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa.


a.      Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme
1.      Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.
2.      Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
3.      Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.

b.      Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme
1.       Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tersebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.
2.       Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
3.       Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
4.       Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.
5.       Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.

Pengaruh-pengaruh di atas memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap nasionalisme. Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau hilang. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat secara global. Apa yang di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita.
Jika terjadi maka akan menimbulkan dilematis. Bila dipenuhi belum tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa.

c.       Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme di Kalangan Generasi Muda
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-hari anak muda sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme?
Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif dari pengaruh budaya Eropa yaitu globalisasi lebih banyak dari pada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme.

d.      Antisipasi Pengaruh Negatif budaya Barat (Globalisasi) Terhadap Nilai Nasionalisme
Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme antara lain yaitu :
1.        Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri.
2.        Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik-baiknya.
3.        Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
4.        Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar-benarnya dan seadil-adilnya.
5.        Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.
Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa.






BAB III
PENUTUP


3.1. Kesimpulan
Kebudayaan asing memberikan pengaruh dalam kehidupan bangsa Indonesia dan khususnya memberikan pengaruh pada pembentukan kebudayaan Indonesia, yang disebabkan oleh beberapa paktor antara lain faktor ekonomi khususnya perdagangan, faktor politik, faktor sosial dan globalisasi.
Masuknya budaya luar ke dalam budaya Indonesia ada yang secara damai dan ada pula dengan kekerasan. Budaya yang masuk secara damai antara lain masuknya pengaruh agama yang di bawa para pedagang seperti Bangsa Gujarat dan India. Budaya ini tidak merusak tatanan budaya asli akan tetapi menambah dan memperkuat budaya setempat.
Budaya luar yang masuk melalui kekerasan biasanya berdampak terhadap tatanan sosial masyarakat. Sebagai contoh budaya Kolonialisme Belanda. Sejak awal abad ke-20 sangat terasa pengaruh kebudayaan Barat itu dalam kehidupan bangsa Indonesia, khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Berbagai teknologi yang diterapkan, termasuk sistem pendidikan yang digunakan banyak yang berasal dari Barat. Sementara itu, dalam kehidupan kebudayaan, seperti dalam seni bangunan, seni lukis, seni ukir, seni musik, terasa pula ada pengaruhnya dari kebudayaan Barat.
Diera globalisasi sudah jelas pengaruh budaya luar akan lebih mudah masuk karena di era ini jarak bukanlah hal yang menyulitkan. Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antar masyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah.
Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rasa nasionalisme dan patriotism, rambut dan sebagainya.Akan tetapi dalam perkembangannya globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam bidang kebudayaan, misalnya :
Ø  hilangnya budaya asli suatu daerah atau suatu negara ,
Ø  terjadinya erosi nilai-nilai budaya menurun
Ø  hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong
Ø  kehilangan kepercayaan diri
Ø  gaya hidup kebarat-baratan

Jadi dampak kebudayaan luar yang masuk ke Indonesia ada yang fositif dan ada juga yang negatif. Dalam menyikapinya hendaklah kita lebih jeli dan lebih selektif agar budaya tersebut tidak merusak budaya kita.

3.2  Saran
Hendaknya kita lebih jeli dan lebih selektif dalam menyikapi budaya luar yang masuk kedalam budaya kita karena pengaruh tersebut akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan budaya kita, baik budaya positif maupun budaya negatif. Dan hendaknya kita dapat memilih dan memilah jenis dan ragam kebudayaan untuk diterapkan dalam kebudayaan kita karena tanpa itu kita justru akan kehilangan identitas dan ciri asli kebudayaan Indonesia sendiri. Sebaiknya pihak sekolah dan orang tua saling bekerjasama mengontrol anak didiknya untuk tidak terbawa arus bebas budaya barat. Masyarakat harus lebih bisa menyaring budaya yang masuk ke dalam lingkungan masyarakat dan diharapkan agar bisa juga mengembangkan budanya sendiri.







DAFTAR PUSTAKA



http://novysweeety.wordpress.com/masjid-jamibangkalan

Previous
Next Post »