Makalah Pembelajaran Inkuiri



Pembelajaran Inkuiri
rachmatpancaputra9@blogspot.co.id

BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang Masalah
Jika kita menyelediki sesuatu, kita akan mengarahkan pikiran dan tindakan kita untuk memahami masalah tersebut. Jika masalah yang dihadapi itu sifatnya penting bagi kita, kita akan termotivasi untuk menyelediki masalah tersebut sampai ditemukan jalan keluarnya.

Setiap siswa memiliki rasa keingin-tahuan yang alami. Sementara di sekolah, mereka hanya sedikit memperoleh kesempatan untuk melakukan proses inkuiri terhadap berbagai topik karena terbentur dengan ketercapaian belajar yang sesuai dengan kurikulum. Oleh karena itu, adalah tugas guru untuk mengarahkan rasa keingin-tahuan alami siswa ke dalam konteks pembelajaran yang logis, rasional, dan berkelanjutan.
Hawley & Duffy (1998) berpendapat bahwa banyak guru merasa kesulitan beralih dari guru yang hanya mendidik (didaktic teacher) menjadi fasilitator yang menyelidik/meneliti (probing fasilitator). Sama halnya yang terjadi dengan siswa yang harus beralih dari bentuk pembelajaran tradisional di kelas.
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menjabarkan proses berpikir, proses merefleksi, dan proses menemukan solusi. Pada abad ke 20, istilah pembelajaran inkuiri, diskaveri (penemuan), dan berpikir kritis cukup popular. Sedangkan baru-baru ini istilah baru bermuculan. Beberapa diantaranya yaitu pendekatan pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran seumur hidup, dan pembelajaran berabsis jasa-layanan.

2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
a.       Apakah pendekatan pembelajaran inkuiri?
b.      Bagaimanakah pendekatan pembelajaran inkuiri yang berbasis proyek?
c.       Bagaimanakah pendekatan pembelajaran inkuiri berbasis jasa layanan?
3.      Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dalam makalah ini adalah :
a.       Untuk mengetahui pendekatan pembelajaran inkuiri.
b.      Untuk mengetahui pendekatan pembelajaran inkuiri yang berbasis proyek.
c.       Untuk mengetahui pendekatan pembelajaran inkuiri berbasis jasa layanan.


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Inkuiri (inquiry)
Inkuiri adalah sebuah cara mengajar dimana guru mengarahkan keingin-tahuan alami siswa ke dalam cara berpikir yang logis, rasional dan berkelanjutan (Gordon, 2000). Inkuiri erat kaitannya dengan konstruktivisme dimana keduanya berfokus memaksimalkan pemahaman siswa. Menurut Woolfolk (2006), inkuiri adalah moda/modus/cara pembelajaran/instruksi yang menekankan pada peran aktif pembelajar/siswa dalam membangun pemahaman dan penalaran terhadap informasi yang didapat. Terdapat pula penekanan yang kuat terhadap pembelajaran kolaboratif diantara siswa dan guru dimana keduanya  diikutsertakan dalam perumusan pertanyaan, penyampaian masalah-masalah yang kompleks, dan penyelesaian masalah (Gaynon & Collay, 2001).
Karakteristik
·         Siswa didorong untuk menyelidiki masalah-masalah di dunia nyata tidak dibatasi pada subjek yang spesifik
·         Siswa menggunakan berbagai sumber dengan bukti yang relevan, termasuk buku, media, seni, dan musik
·         Siswa dihadapkan pada situasi dan dilema yang harus dipecahkan/selesaikan
·         Guru merencanakan stuktur dan perancah (scaffolding) yang sesuai sehingga siswa dapat berkembang dengan sendirinya atau dengan kelompok melalui sebuah siklus invstigasi yang terncana dan mendalam.

Kelebihan
·         Ekonomis dalam penggunaan pengetahuan – hanya pengetahuan yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas, bukan fakta-fakta yang dipelajari sebagai tujuan akhir (rather than a mass of facts being learned as an end in itself)
·         Menungkinkan siswa untuk melihat konten/isi dengan lebih realistis dan cara yang positif karena mereka menganalisis dan menerapkan data kedalam resolusi masalah
·         Memotivasi siswa secara intrinsik serta mendorong mereka untuk merefleksi isu-isu tertentu, mencari data yang relevan, dan mencapai keputusan yang bermakna bagi mereka secara personal. Dengan melakukan itu, mereka mengembangkan ketrampilan metakognitif yang penting.
·         Menekankan kepada berbagai macam agenda dan ketidakadilan terhadap pengetahuan yang bersifat tradisional, dan mengarahkan siswa kepada ambiguitas yang sangat nyata akan dunia post-modernisme.
·         Memungkinkan hubungan guru-siswa menjadi lebih baik dan sehat karena guru lebih menjadi fasilitator pembelajaran dan bukan lagi pengatur kegiatan belajar-mengajar di kelas

Kelemahan (beberapa kritikan)
Beberapa kritik mengenai pendekatan inkuiri:
·         Membutuhkan/memakan waktu di dalam dan di luar kelas secara berlebihan (boros waktu) dibandingkan dengan metode pengajaran yang lain yang digunakan di sekolah-sekolah umum yang memiliki jadwal kelas yang kaku
·         Membutuhkan proses mental yang berbeda seperti susunan kognitif yang bersifat analitis dan menyeluruh – dimana mungkin tidak semuanya berguna di dalam pengajaran
·         Siswa lebih memilih pendekatan fase tradisional (traditional chapter approach), mereka tidak mau dilibatkan dalam prosess berpikir
·         Melibatkan siswa dalam proses penyelidikan secara tidak langsung membiarkan mereka berpikir bahwa mereka dapat menyelesaikan semua masalah sosial di dunia ini.
·         Sangat sulit untuk mengevaluasi dengan tes ketercapaian tradisional, contohnya bagaimana anda mengevaluasi proses berpikir yang digunakan siswa dalam program inkuiri?

·         Problem-Based Learning/Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah telah menjadi metode belajar mengajar yang popular. Metode ini sangat berpusatt pada siswa karena siswa beranggapan bahwa mereka memiliki peran yang aktif dalam mencari dan memperoleh pengetahuan baru. Peran guru adalah memberikan umpan-balik tetapi bukan jawaban. Proses pembelajaran meliputi diskusi, interaksi, dan keputusan diantara siswa, jika perlu difasilitasi oleh guru. Masalah yang dimasukkan dalam pelajaran dipilih oleh guru untuk memotivasi siswa belajar, dan untuk menunjukkan pengetahuan yang harus diperoleh siswa dalam memahami dan menyelesaikan masalah.
Pembelajaran berbasis masalah menggunakan masalah di kehidupan nyata, bukan hanya konten, sebagai pokok pembelajarannya. Pembelajar/siswa akan benar-benar belajar bagaimana cara belajar (Seng, 2002).

Karakteristik
·         Masalah adalah titik awal dalam belajar
·         Masalah biasanya diambil dari masalah di kehidupan nyata yang muncul dengan tidak terstruktur dan mungkin membutuhkan beberapa sumber pengetahuan
·         Siswa dianggap memiliki tanggung jawab utama dalam memperoleh informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan
·         Siswa bekerja dalam kelompok kecil, pembelajaran bersifat kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.
·         Perkembangan inkuiri dan ketrampilan dalam menyelesaikan masalah sama pentingnya dengan pemerolehan konten pengetahuan (Seng, 2002).

Kelebihan
·         Membantu mengembangkan ketrampilan pembelajaran sepanjang masa seperti keterbukaan pikiran (open mindness), dan pembelajaran reflektif dan kritis
·         Membantu siswa memperoleh ketrampilan menyelesaikan masalah, berkomunikasi, kerja tim/kelompok, dan ketrampilan interpersonal
·         Mendorong pembelajaran aktif
·         Membantu siswa memperoleh ketrampilan belajar mandiri (self directed learning)

2.      Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek adalah kegiatan pembelajaran dimana siswa belajar mandiri (self-directed) dalam menyelidiki masalah. (Diehl & Groube, 1999). Siswa mengidentifikasi dan memilih topik penelitian yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Sedangkan guru menyediakan ‘scaffolding’ (kerangka yang mendukung) untuk meningkatkan tingkat berpikir yang lebih tinggi.

Karakteristik
·         Ada penekanan pada keotentikan dan relevansi dari kegiatan terhadap kehidupan siswa (Lang, 2006)
·         Dapat dirancang/didesain sebagai pembelajaran berbasis subjek atau lintas-kurikuler
·         Siswa bekerja secara individu atau kolaboratif
·         Membutuhkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi (Smith, 2002)
·         Menekankan pada proses dan produk belajar (Coombs, 2002)

Kelebihan
·         Memberikan/menyediakan strategi belajar yang lebih baik karena siswa melakukan pembelajaran aktif. Merekea berkolaborasi dengan lainnya dan dapat menghubungkan konten-konten dari subjek area yang berbeda (Philips & Burwood, 1999)
·         Dapat meningkatkan pencapaian siswa melalui pengembangan keseluruhan dan ketrampilan menghadapi dunia nyata. Ini akan mendorong perkembangan kognitif (Katz & Chard, 1989)
·         Meningkatkan motivasi siswa untuk terus belajar, karena pembelajaran berbasis proyek adalah kegiatan yang bersifat partisipatif dan diluar dari kebiasaan

·         Life-long learning/ Pembelajaran seumur hidup
Pembelajaran seumur hidup mengacu kepada kesempatan pembelajaran berbasis sekolah yang ditawarkan/diberikan diluar pelajaran normal, seperti kemah pendidikan, klub/kumpulan peminatan (berdasarkan minta tertentu), dan jasa/layanan komunitas.

Karakteristik
·         Ada penekanan pada kualitas pengalaman siswa
·         Ada penekanan pada perubahan perilaku siswa dibanding hanya mendapatkan ilmu/pengetahuan tambahan

Kelebihan
·         Memotivasi siswa untuk menjadi pembelajar seumur hidup yang efektif
·         Memberikan siswa sebuah perkembangan manusia yang menyeluruh dan seimbang
·         Menambah dan memperkaya pembelajaran berbasis kelas kepada siswa
Sekolah dengan layanan penuh (full-service school) dapat dimasukkan kedalam kategori ini karena mereka memberikan sebuah susunan dari kegiatan yang positif dan kesempatan untuk orang-orang muda dan keluarga mereka selama jam sekolah (Dryfoos, 2000). Berbagai macam program disediakan pada jam diluar sekolah untuk memenuhi kebutuhan mental dan fisik siswa dan komunitasnya. Menurut Miller (2001), program sekolah dengan layanan  penuh memiliki dampak yang positif terhadap performa siswa. Sekolah komunitas dengan layanan penuh membawa tiga konsep, yaitu pikiran, badan, dan bangunan, secara bersamaan kedalam pendekatan integratif yang menempatkan kualitas pendidikan dan layanan pendukung yang komprehensif pada satu tempat yang kuat dan nyaman (Dryfoos, 2000).

3.      Pembelajaran Berbasis Jasa-Layanan
Cumbo & Vadoboncoeur (1998) mendefinisikan pembelajaran berbasis jasa-layanan sebagai sebuah metode dimana siswa belajar secara aktif dengan mengalaminya sendiri melalui partisipasi dalam jasa-layanan yang bermakna yang memenuhi kebutuhan sebenarnya dari komunitas dan dihubungkan dengan kurikulum akademik.  
Karakteristik
·         Memenuhi kebutuhan komunitas yang sebenarnya. Siswa telah menyusun waktu refleksi untuk menghubungkan antara kurikulum dan layanan (Seitsinger, 2005)
·         Pembelajaran terintegrasi dengan kurikulum akademik siswa, dimana mereka memiliki kesempatan untuk berpikir, berbicara atau menulis tentang apa yang mereka lakukan atau lihat selama kegiatan jasa-layanan yang sebenarnya (Keunen, 2005)
·         Meliputi pemahaman tentang isu-isu sosial yang melatar-belakangi kebutuhan yang dilayani
·         Meliputi timbal-balik (resiprok), pertukaran yang seimbang antara penyedia layanan (siswa) dan organisasi layanan (klien). Tindakan memberi dan menerima.

Kelebihan
·         Memberikan kesempatan siswa untuk menggunakan ketrampilan yang baru saja didapat dan pengetahuan dalam situasi pada kehidupan nyata dalam komunitas mereka sendiri
·         Meningkatkan apa yang diajarkan di sekolah dengan menyampaikan pembelajaran diluar kelas dan membantu siswa untuk meningkatkan perkembangan rasa kepedulian terhadap yang lain
·         Membantu mengembangkan rasa diri sendiri (sense of self) yang meliputi berbagi, peduli dan bertindak; mengembangkan rasa demokratis bernegara
·         Pembelajaran jasa-layanan merupakan sebuah strategi instruksional, sebuah metode belajar, dan filosofi pendidikan

·         Atmosfer Pendukung Untuk Siswa
1)      Dimensi atmosfer terbuka
Atmosfer terbuka diharapkan terjadi di dalam kelas ketika terdapat pemeriksaan ulang yang berkelanjutan terhadap asumsi dan prosedur dan nilai yang dapat diterima. Tingkatan dari tujuan yang diraih tergantung pada perilaku dan tanggung jawab baik siswa maupun guru. Lepard (1993) berpendapat bahwa hubungan proses belajar-mengajar yang diinginkan harus lebih bersifat transaksional ketimbang transmisif.
Guru harus memberikan tantangan dan mendorong siswa secara berkelanjutan serta menguji hal-hal baru, kemuadian meminta siswa untuk mempertahankan pendapat mereka secara terbuka dan mengesahkan pernyataan kreatif mereka lalu melakukan tugas manajerial yang berbeda-beda (Clements, 2007). Tugas guru yang lainnya adalah menyediakan batu loncatan. Maxim (1983) menunjukkan bahwa guru menjadi tempat terakhir siswa mendapatkan informasi yang mereka butuhkan agar mereka tidak bingung.
Haycock (1991) menuliskan apa saja yang dapat dilakukan guru kepada siswa untuk meningkatkan ketrampilan mereka:
·         Menanyakan pertanyaan – Apa makna informasi tersebut menurut kamu?
·         Menguatkan pemahaman dasar mereka dengan pertanyaan – Apakah yang kamu maksud X? Mengapa?
·         Membantu mereka dalam usaha mereka membaca, menyimak, atau menelaah sumber.
·         Melacak masing-masing siswa dengan alat perekam sederhana.

2)      Rangkaian kesatuan berbasis prosedural
Selama rangkaian prosedural terjadi, berbagai macam posisi dapat diperhatikan. Salah satu kasus yang ekstrim adalah benar-benar tidak ada kegiatan prosedural yang diwajibkan atau disarankan oleh guru. Yang menjadi motivasi petunjuk siswa hanyalah tingkat keingintahuan dan kesungguhan mereka untuk mencari tahu. Murdoch (2007) merujuk pada ‘pembelajaran mendalam’ yang dapat terjadi. Ini adalah cara alami belajar dimana tidak ada mata pelajaran yang membuat beberapa pembelajaran lebih bernilai dibanding pembelajaran yang lain. Pembelajaran lebih mengandalkan semangat/spirit. Nilai dalam memperoleh pengalaman pendidikan tidak berorientasi pada tujuan. Siswa menginvestigasi masalah hanya karena mereka memiliki keinginan untuk melakukan itu. Beberapa tahapan dalah rangkaian prosedural ini adalah memeperhatikan sekitar, mengidentifikasi masalah, mencari informasi, menguji hipotesis, dan mencapai kesimpulan. Contohnya adalah pendekatan inkuiri berbasis sejarah



3)      Rangkaian kesatuan berbasis konten
Dua posisi yang diperhatikan pada keekstriman dari rangkaian konten adalah pendekatan masalah dan pendekatan struktur disiplin ilmu. Pendekatan masalah memberikan tanggung jawab pada siswa untuk memilih dan terlibat dalam topik yang bermakna dan bersifat personal dan untuk membangun solusi yang belum diketahui (Byrnes & Torney-Purta, 1995).
Pendekatan struktur disiplin telaha menjadi model yang banyak diadopsi oleh pengembang kurikulum. Hal itu dapat dibantu dengan bnetuk prosedural penyelidikan ilmiah, dan akhir-akhir ini telha digunakan pada pengembangan disiplin ilmu tertentu.

·         Proses Investigasi
Terdapat lima langkah proses invetigasi menurutu John Dewey (1933):
1.      Saran, dimana otak berpikir selangkah kedepan tentang solusi yang memungkinkan
2.      Intelektualisasi dari kesulitan atau kebingungan yang telah dirasakan/dialami ke dalam bentuk rumusan masalah untuk diselesaikan/dicari jalan keluarnya
3.      Penggunaan saran sebagai ide awal atau hipotesis, untuk memulai dan memberi petunjuk observari dan kegiatan yang lain ketika mengumpulkan materi faktual
4.      Elaborasi mental berupa ide-ide atau dugaan-dugaan
5.      Pengujian hipotesis dengan tindakan yang jelas ataupun imajinatif
Sedangkan menurut Pigdon & Wolley (1992) ada delapan langkah penting dalam proses investigasi:
1.      Keselerasan
2.      Penentuan tujuan
3.      Persiapan diri
4.      Penemuan
5.      Pengurutan
6.      Pengambilan kesimpulan
7.      Pertimbangan tindakan sosial
8.      Refleksi dan evaluasi

1)      Keselarasan
Salah satu kesulitan dalam proses investigasi adalah penyelarasan siswa dimana sebaiknya mereka harus mengalami rasa yang dibutuhkan. Dibutuhkan ‘Pengait’ untuk meletupkan ketertarikan siswa (Molebash, 2004).
Beberapa pertanyaan yang bisa diajukan:
·         Apa yang sudah kita ketahui tentang..?
·         Bagaimana hal tersebut berdampak pada kita?
·         Apa yang ingin kita temukan dari..?

Teknik lainnya yaitu dengan menggunakan contoh yang tidak familiar dengan siswa (Beyer, 1971). Misalnya:
Hausa
English
Auduga
Akiviya
Albasa
dll
Cotton
Goat
Onion
dll

Lalu kemudian siswa diminta untuk menyimpulkan karakteristik oranag Hausa dari kata-kata diatas.

2)      Penentuan tujuan
Merupakan langkah yang cukup penting bagi guru dan siswa. Ini membutuhkan analisis yang mendalam mengenai apa yang kira-kira muncul sebagai masalah/isu dan kemudian mencoba menemukan beberapa hipotesis untuk tindakan selanjutnya. Beberapa pertanyaan dasar yang harus dijawab:
·         Apa saja yang ingin dijadikan fokus?
·         Mengapa hal itu penting?
·         Pertanyaan apa saja yang harus saya tanyakan?
·         Pertanyaan apa saja yang saya sangat ingin tahu jawabannya? Mengapa?
·         Apakah saya mengerti tentang pertanyaan?
·         Bagaimana saya menjelaskan tentang…?
Beberapa penulis berpendapat bahwa langkah ini meliputi membuat hipotesis yang spesifik. Siswa harus mampu merumuskan pertanyaan yang dapat diteliti, tepat, dan juga dapat diuji (Clegg, 1990).
Guru memiliki peranan penting dalam membantu siswa menjelaskan apa yang ingin mereka lakukan. Guru harus mendukung gagasan-gagasan siswa walaupun mungkin terlihat sepele dan tidak masuk akal. Pada saat yang sama, guru meminta siswa untuk memperjelas dan mempertimbangkan lagi pilihan-pilhan mereka.
Pada akhir pembelajaran, siswa harus mampu menentukan fokus yang spesifik untuk penelitian mereka yang telah didiskusikan dan disahkan dalam kelompok mereka dalam bentuk hipotesis yang spesifik, 2-3 pertanyaan inti.

3)      Persiapan diri
Mempersiapkan investigasi erat hubungannya dengan penentuan tujuan dan dua langkah tersebut dapat terjadi bersamaan. Beberapa pertnyaa yang siswa butuhkan:
·         Bagaimana saya akan melakukan investigasi?
·         Tipe informasi seperti apa yang saya butuhkan?
·         Apakah sumber yang saya butuhkan tersedia di perpustakaan sekolah atau harus mengunjungi komunitas sumber yang lain?
·         Siapa yang akan melakukan berbagai tugas dalam kelompok kita?
·         Bagaimana proyek ini akan ditampilkan, lewat tulisan atau di presentasikan di depan teman-teman kelas?
Fokus utama baik guru maupun siswa adalah untuk menyusun apa yang layak/mungkin dikerjakan dalam kurun waktu tertentu. ‘perjanjian’ tertentu mungkin dapat dibuat untuk siswa secara personal atau kelompok kecil. Perjanjian tersebut mengindikasikan jumlah pekerjaan/tugas yang harus dilakuan, bagaimana mepresentasikannya, dan bagaimana itu akan dinilai. Atau sebagai jalan alternatif, guru dapat membuatkan prosedur umum untuk sluruh siswa. Semakin rumit investigasi, semakin lama waktu yang dibutuhkan.
4)      Penemuan
Jumlah data yang sangat banyak dibolehkan untuk tahap ini. Tugas utama di tahap ini adalah menentukan data mana yang terasa akan sangat berguna dengan waktu belajar yang tersedia. Beberapa pertanyaan yang harus diselesaikan siswa dan guru:
·         Bagaimana kita akan menemukan tentang…?
·         Kemana kita akan pergi untuk informasi tersebut?
·         Bagaimana reliabilitas dari informasi ini dibanding dengan informasi dari sumber yang lain?
·         Bagaimana kita menemukan informasi yang lain tentang…?
·         Apakah sumber informasi ini yang terbaik untuk waktu belajar yang tersedia?
METODE PENELITIAN
CONTOH SITUASI
Observasi
·         Bagaimana surat dikirim melalui pos
·         Katalog tua atau kumpulan gambar
Interview
·         Perasaan seseorang akan suatu topik
·         Mewawancarai orang untuk mendapatkan informasi
Survey
·         Lalu lintas di jalan simpang
·         Pilihan makanan anak
Pengumpulan
·         Pilihan makanan anak
·         Kebutuhan untuk koran sekolah
Pengukuran
·         Jarak antara sekolah dan rumah
Percobaan
·         Bagaimana iklan mempengaruhi kebiaasan berbelanja
Tabel 9.1 metode penelitian yang sesuai untuk siswa sekolah dasar
Gambar 9.1 Model pembelajaran inkuiri
Pertanyaan
Langkah inkuiri
Kegiatan belajar
·      Mengapa kita harus mengivestigasi ini?
·      Apa yang telah kita ketahui
·      Bagaimana ini dapat berdampak pada kita?
·      Pendapat atau perasaan apa yang kita punya?
·      Isu/masalah apa yang muncul?
Keselarasan
·      Mengidentifikasi dan mendefinisikan isu/masalah. Meliputi kegiatan yang didesain untuk:
·      Menimbulkan ketertarikan
·      Membangun pengetahuan baru
·      Menggambarkan pengalaman masa lalu
·      Mengidentifikasi aspek yang memungkinkan untuk investigasi
·      Menguji artefak/dokumen
·      Karya wisata
·      Mendiskusikan nilai dilema
·      Menhadirkan tamu ke dalam kelas
·      Memprediksi situasi
·       
·       Apa yang akan terjadi jika..?
·       Tebakan apa yang dapat dibuat?
·       Apa yang mungkin akan kita lihat ketika..?
·       Bagaiman kita menjelaskan..?
Penentuan tujuan
Formula hipotesis:
·      Memilih fokus
·      Memperluas cakupan
·      Identifikasi dan menyaring pertanyaan
·      Brainstorming saran-saran
·      Menyikapi solusi dari masalah
·      Memprediksi hasil
·      Membuat proposisi
·      Membaut hipotesis
·       Bagaimana kita akan melakukan inkuiri?
·       Bagaimana kita merencanakan itu?
·       Informasi apa yang kita butuhkan dan bagaimana kita menemukan dan mengumpulkannya/
Persiapan diri
Mempersiapkan pendekatan kearah inkuiri merupakan langkah yang krusial dan berhubungan dengan langkah menetukan tujuan

·      Menyetting kontrak
·      Membuat rancangan
·      Membentuk grup kecil
·      Membuat tugas yang sesuai
·      Membuat time-line
·       Bagaimana kita akan menemukan  hasil?
·       Siapa, apa, dan  dimana informasi yang dapat digunakan?
·       Seberapa relevan dan bergunanya informasi tersebut?
Penemuan
Pengumpulan data bukanlah akhir dari penemuan akan tetapi merupakan pengembangan pemahaman
·      Karya wisata
·      Pembicara tamu
·      Survey dan interview
·      Film, literatur, musik
·      Majalah, koran, buku, artikel
·      Melakukan percobaan
·      Mencari pendapat
·       Bagaimana kita mengurutkan informasi?
·       Apa persamaan dan perbedaan yang dapat dilihat?
·       Bagaimana kita mengategorikan informasi?
·       Bagaimana informasi dibandingkan dengan situasi yang lain?

Pengurutan
Pengumpulan data, proses dan analisis, menyaring isu. Meliputi:
·      Mempersiapkan dan mempresentasikan data
·      Membentuk atau memodifikasi konsep melalui klasifikasi strategi
·      Membandingkan penemuan
·      Mendiskusikan isu dan hipotesis
·      Evaluasi
·      Merekam impresi melalui seni, musik, drama
·      Jurnal personal dan cerita
·      Membuat draft dan mengedit
·      Diskusi kelompok kecil
·      Klasifikasi nilai
·      Analisis nilai
·      Analisis statistik
·       Apa yang dapat kita katakan tentang…?
·       Sudahkah anda mengubah pendapat anda tentang…?
·       Apa persamaan dan perbedaan yang kamu perhatikan?
Pengambilan kesimpulan
Pengambilan kesimpulan mengharuskan siswa untuk mengungkapkan pemahaman mereka dan mengomunikasikan nya ke yang lain. Meliputi:
·      Menginterpretasi informasi
·      Mengembangkan dan memodifikasi generalisasi
·      Menjabarkan kesamaan dan perbedaan
·      Menmbangun koneksi
·      Membut model/mural
·      Bermain peran
·      Memberikan laporan
·      Menulis cerita
·      Membaut video
·       Bagaimana kita berkontribusi dalam mebuat keputusam di kelas?
·       Apa yang dapatdilakukan tentang isu ini?
·       Apa yang akan terjadi jika ini dilakukan?
Pertimbangan tindakan sosial
Tindakan sosial mengharuskan siswa untuk menjadi aktif dalam membuat keputusan selama proses inkuiri mereka. Meliputi:
·      Mengidentifikasi tindakan yang dapat menjadi hasil inkuiri
·      Mengimplementasi jika sesuai
·      Melibatkan siswa dalam pembuatan keputusan
·      Negosiasi bagaimana investigasi dilakuakan
·       Apa yang harus dilakukan tentang ini?
Refleksi dan evaluasi


Informasi yang luas, seperti format multimedia, dapar dengan mudah diakses oleh siswa melalui World Wide Web. Program seperti WebQuest cukup baik untuk membantu proses investigasi.
Buku, jurnal, dan majalah dalah sumber utama informasi untuk banyak proyek. Sumber visual seperti foto, ilustrasi dan iklam lawas, adalah sumber yang cukup berguna terutama untuk sekolah dasar. Mencari sumber melalui rekaman data utama, seperti tanggal lahir dan kematian serta catatan bersejarah dan foto resmi, dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan untuk siswa smp/sma.
Interview juga dapat dilakukan saat pengumpulan data. Interview dapat dilakukan oleh siswa di semua umur. Untuk siswa dasar, interview/wawancara relatif pendek dan sederhana. Siswa harus berlatih teknik wawancara di dalam kelas. Untuk siswa menengah, wawancara terstruktuk dan tidak terstruktur dapt digunakan. Jika menggunakan wawancara tidak terstruktur, mereka akan lebih sulit mempertahankan fokus utama dan keterbatan waktu mereka, akan tetapi mereka bisa tanpa terduga menemukan informasi lain yang lebih bernilai.
Deer, Jarvis & White (1987) memberikan beberapa acuan untuk siswa yang ingin melakukan waawncara untuk protyek:
1.      Tentukan siapa yang akan diwawancara
a.       Apakah mereka memiliki otoritas untuk memberikan informasi?
b.      Akankah mereka bersedia untuk memberikan infromasi?
2.      Persiapkan butir pertanyaan wawancara
3.      Tentukan bagaimana wawancara akan direkam
a.       Ditulis
b.      Direkam dengan alat rekam
4.      Lakukan wawancara uji-coba awal
a.       Untuk melancarkan teknik yang digunakan
b.      Menggunakan teman tapi yang bukan dijadikan sumber
5.      Lakukan analisis dan pengolahan uji coba wal. Analisis data yang didapat dan lakukan pengolahan uji coba
6.      Buat susunan wawancara. Pastikan waktu tepat.
7.      Analisis informasi yang didapat
a.       Kembangkan tabel yang sesuai
b.      Tulis laporan sesuai dengan ide-ide pokok yang didapat.

Survey dan kuisioner juga dapat dilakukan untuk mendapatkan data. Ada tiga tipe pertanyaan dalam kuisioner:
·         Pertanyaan terbuka
·         Pertanyaan dengan satu pilihan
·         Pertanyaan dengan banyak pilihan
Pertanyaan terbuka biasanya meminta responden untuk memberikan respon tertulis berupa pernyataan singkat. Tipe ini memungkinkan siswa memndapat informasi yang detail, akan tetapi sangat sulit untuk dinilai dan diolah.
Pertanyaan denga satu pilihan membutuhkan respon ya/tidak atau betul/salah. Tipe ini sangat mudah dan cepat bagi responden untuk mengisinya dan sangat mudah untuk dinilai nantinya. Akan tetapi beberapa responden merasa ada beberapa pilihan yang kurang sesuai dengan mereka sehingga mereka memilih untuk menghilangkannya atau tidak menjawabnya.
Pertanyaan dengan banyak pilihan lsering digunakan karena mereka cenderung memasukkan keuntungan dari dua tipe pertanyaan sebelumnya. tipe ini memungkinkan responden memilih lebih dari satu jawaban, dan hasilnya masi relatif mudah untuk dinilai dan diolah.

5)      Pengurutan/penggolongan
Tahap selanjutnya yaitu pengurutan informasi. Yang harus diperhatikan adalah:
·         Bagaimana data digolongkan dan diklasifikasikan?
·         Pola, persmaan, dan perbedaan apa yang ingin ditampilkan?
·         Haruskah kita menggunakan pola ini sebagai dasar pengklasifikasian?
·         Hubungan apa yang dapat dilihat?
·         Kesimpulan apa yang bisa diambil?
·         Bagaimana hubungan antara kesimpulan dengan hipotesis?
Tipe penggolongan akan sangat tergantung dengan keotentikan data yang dikumpulkan.
Analisis awal data sering menyebabkan beberapa masalah tentang kekurangan dalam proses yang dilalui. Dalam kondisi tertentu, dimungkinkan untuk mengumpulkan informasi tambahan. Beberapa pertanyaan yang jadi pertimbangan meliputi:
·         Apakah data yang dikumpulkan menjawab hipotesis?
·         Apakah ada jalan lain untuk menyelesaikan masalah?
·         Apakah perlu  mengumpulkan data baru untuk mendaptkan jawaban?
·         Akankan merekam dan mengatur data dengan cara baru dapat merubah jawaban?
·         Apakah jawaban kita didukung dengan data yang ditemukan?
·         Apakah kita terkejut dengan jawaban yang ditemukan?
·         Jawaban yang mana yang paling menarik perhatian  kita?
·         Bagaimana kita menentukan mana data yang digunakan mana data yang ditolak?
·         Akanakah kita merencanakan sesuatu yang berbeda jika proyek ini dilakukan lagi suatu saat nanti?

6)      Pengambilan kesimpulan
Langkah ini meliputi pengambilan kesimpulan oleh siswa tentang proyek mereka yang langsung dikaitkan dengan hipotesis. Beberapa cara dapat digunakan untuk menyampaikan penemuan tergantung dari sifat investigasi itu sendiri. Contohnya:
·         Laporan, essay, atau pernyataan tertulis
·         Presentasi visual (OHP, slide show)
·         Kaset video, DVD, dan kaset audio
·         Presentasi oral
·         Bermain peran, dramatisasi
·         Debat
·         Kreasi lukisan dinding (mural)
·         Kreasi model 3D
·         Diagram dan bagan

7)      Pertimbangan tindakan sosial
Welton & Mallan (1987) berpendapat bahwa inkuiri (penyeledikan) siswa dapat dan harus menggiring ke arah refleksi personal dan tindakan sosial. Contohnya, jika siswa menemukan praktik sosial yang tidak diharapkan, kemudian mereka dapat berkomitmen untuk meringankan/mengatasi situasi tersebut.
Cumbo & Vadeboncoeur (1998) menyebutkan bahwa pembelajaran berbasis jasa-layanan, dimana siswa belajar secara aktif dan mengalami langsung melalui tindakan partisipasi dalam jasa-layanan yang bermakna dan bertemu langsung dengan kebutuhan sosial, berfokus pada tindakan siswa.

8)      Refleksi dan evaluasi
Jelas sekali bahwa penting bagi siswa untuk merefleksi apa yang mereka lakukan dan yang tidak mereka  selesaikan dalam proyek atau investigasi mereka. Diskusi dalam kelompok kecil dapat memberikan mereka kesempatan lebih untuk merefleksi pencapaian mereka.
Tugas guru disini adalah untuk mengevaluasi kualitas dari proyek siswa. Beberapa teknik evaluasi dapat digunakan seperti tes objektif, skala rating, dan ceklis.
Evaluasi diri cukup penting jika siswa akan mengembangkan pola belajar mandiri. Ini lebih dikenal dengan metakognisi, yang berarti apa yang individu tahu tentang proses kognitif mereka dan hasil dari proses tersebut. siswa harus mampu memonitor performa mereka sendiri, khususnya berhubungan dengan bagaimana mereka mengatasi masalah dan menerapkan strategi.
Beberapa yanag bisa menjadi refleksi siswa di level dasar:
·         Hal baik apa yang saya telah lakukan di proyek ini?
·         Hal apa yang akan saya lakukan lebih baik di masa akan datang?
·         Bagian mana dari proyek yang menarik perhatian saya?
·         Apa hal yang paling sulit dalam proyek ini? Mengapa?
·         Jika saya memulai proyek lagi, hal apa yang akan saya lakukan dengan cara berbeda?
Sedangkan untuk level menengah:
·         Seberapa sesuaikah topik yang diteliti?
·         Apakah topik/isu realistis dan dapat dikerjakan?
·         Ketrampilan apa yang telah saya gunakan ketika mengumpulkan informasi?
·         Ketrampilan apa yang saya harus perbaiki kedepannya?
·         Dapatkan saya memperbaiki data analisis dan presentasi proyek saya?
·         Apa yang telah saya pelajari dari proyek ini?
·         Bagaimana pengetahuan baru ini dapat diterapkan dalam tindakan sosial tertentu?

Seperti ditulis Deer, Jarvis & White (1987), pembelajaran mandiri harus berpusat pada pendekatan inkuiri. Memberi kesempatan siswa untuk mengatur evaluasi diri sendiri dapat membantu mereka menyadari bahwa kegiatan belajar mandiri itu bermanfaat.


BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah Inkuiri sebagai sebuah cara mengajar dimana guru mengarahkan keingin-tahuan alami siswa ke dalam cara berpikir yang logis, rasional dan berkelanjutan (Gordon, 2000). Inkuiri erat kaitannya dengan konstruktivisme dimana keduanya berfokus memaksimalkan pemahaman siswa. Menurut Woolfolk (2006), inkuiri adalah moda/modus/cara pembelajaran/instruksi yang menekankan pada peran aktif pembelajar/siswa dalam membangun pemahaman dan penalaran terhadap informasi yang didapat. Terdapat pula penekanan yang kuat terhadap pembelajaran kolaboratif diantara siswa dan guru dimana keduanya  diikutsertakan dalam perumusan pertanyaan, penyampaian masalah-masalah yang kompleks, dan penyelesaian masalah (Gaynon & Collay, 2001).
Memberi kesempatan siswa untuk mengatur evaluasi diri sendiri dapat membantu mereka menyadari bahwa kegiatan belajar mandiri itu bermanfaat. Evaluasi diri cukup penting jika siswa akan mengembangkan pola belajar mandiri. Ini lebih dikenal dengan metakognisi, yang berarti apa yang individu tahu tentang proses kognitif mereka dan hasil dari proses tersebut. siswa harus mampu memonitor performa mereka sendiri, khususnya berhubungan dengan bagaimana mereka mengatasi masalah dan menerapkan strategi.

Previous
Next Post »