INTERAKSI SOSIAL
Interaksi
sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang meliputi hubungan antara
masing-masing individu perorangan; antara kelompok-kelompok manusia; maupun
antara individu perorangan dengan kelompok manusia. Melihat interaksi manusia
dapat dilihat dalam dua tingkat (kacamata), yaitu tingkat hayati dan tingkat
sosial atau budaya.
Interaksi
sosial tidak akan terjadi bila tidak memenuhi dua syarat, yaitu : (1) Adanya
kontak sosial (social-contack); (2)
adanya komunikasi (communications).
Dan menurut ahli-ahli sosial bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja
sama (co-operation), persaingan (competition), pertentangan atau
pertikaian (conflict), dan dapat juga
berbentuk akomodasi (acomodation).
Interaksi
sosial menurut kacamata ahli ilmu alam, dasar proses interaksi manusia adalah
kompetisi. Dan kompetisi itu pada hakekatnya berlangsung dengan proses
kerjasama yang spontan dan tidak berencana, membentuk apa yang disebut koperasi
yang kompetitif. Sebagai akibat timbulah apa yang disebut relasi yang
simbiotik.
Interaksi
pada makhluk hayati atau secara simbiotik terjadi secara netral, untuk
keseimbangan ekosistem itu sendiri. Interaksi sosial pada manusia tidak terjadi
secara netral, ada norma-norma moral manusia. Terutama dalam interaksinya
dengan lingkungan cenderung antro-posentrik, yang membuka peluang manusia untuk
bersifat eksploitatif terhadap lingkungannya. Tetapi dengan memadukan sikap
imanen dan transenden sebagai dasar moral dan tanggung jawab dalam memanfaatkan
alam sifat eksploitatif dapat lebih terkendali.
Terjadinya suatu kontak tidaklah
semata-mata tergantung dari tindakan, tetapi juga tanggapan terhadap tindakan
tersebut. Kontak sosial yang bersifat positif mengarah pada suatu kerja sama,
sengangkan yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan
sama seali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial.
Suatu kontak dapat bersifat primer
atau sekunder. Kontak perimer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung
bertemu dan berhadapan muka. Kontak sekunder memerlukan suatu perantara.
Sekunder dapat dilakukan secara langsung. Hubungan-hubungan yang sekunder
tersebut dapat dilakukan melalui alat-alat telepon, facebook, twitter dan
lainnya.
Dengan adanya
komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan suatu kelompok manusia atau
perseorangan dapat diketahui oleh kelompok lain atau orang lainnya. Hal itu
kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang dilakukannya.
Berdasarkan analisis
diatas penulis menyimpulkan bahwa interaksi sosial dalam masyarakat multikultur
dapat terjadi jika individu yang satu dengan yang lain saling bertoleransi dan
dapat memfilteralisasi antar budaya agar tidak terjadinya disintegrasi karena menghargai
dan memahami budaya orang lain suatu yang penting agar terjadinya interaksi
sosial yang baik. Interaksi sosial yang ada pada zaman globalisasi ini dapat
juga terjadi dalam halnya penggunaan IPTEK, seperti media sosial yang ada di
internet atau gadget, misalnya facebook, twitter, google+, path, dan lain-lain.
Media sosial juga merupakan sarana terjadinya interaksi sosial dapat kontak
langsung dengan jarang yang jauh, ini merupakan kondisi yang terjadi pada saat
ini yang sering kali digunakan oleh para penggemar sosial media. Hal ini
menunjukkan bahwa interaksi sosial tidak harus terlibat langsung dengan orang
lain karena dengan menggunakan teknologi yang sudah maju sekarang interaksi
sosial dapat terjalin. Contohnya ingin mengadakan rapat, pertemuan, bisa saja
dengan menggunakan email atau video call (skype), memudahkan kita dalam
memperoleh informasi dan efisiensi waktu.
Maka jika proses interaksi sosial tidak
terjadi secara maksimal akan menyebabkan terjadinya kehidupan yang terasing.
Faktor yang menyebabkan kehidupan terasing misalnya sengaja dikucilkan dari
lingkungannya, mengalami cacat, pengaruh perbedaan ras dan perbedaan budaya.
ConversionConversion EmoticonEmoticon