rachmatpancaputra@blogspot.co.id |
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mempelajari
Konsep dasar IPS berisi tentang konsep, hakikat, dan karakteristik pendidikan
IPS. Dengan mempelajari materi Konsep dasar IPS ini, diharapkan dapat
menjelaskan konsep-konsep IPS yang berpengaruh terhadap kehidupan masa kini dan
masa yang akan datang secara kritis dan kreatif. Pembahasan materi ini
menerapkan pendekatan antar disiplin yang mengintegrasikan ilmu-ilmu sosial dan
humaniora. Adapun media yang digunakan adalah bahan ajar cetak dan non cetak
Di masa yang akan datang peserta didik akan
menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami
perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi
sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis
, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan
keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut
diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam
pada bidang ilmu yang berkaitan.
Sebagai
calon guru SD hendaknya menguasai materi IPS sebagai program pendidikan. Untuk
membantu menguasai materi tersebut maka dalam Konsep Pendidikan IPS, disajikan
pembahasan hal-hal pokok dan latihan sebagai berikut :
1.
Konsep pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS)
2.
Hakikat
pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
3.
Karakteristik
pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
B.
Rumusan Masalah
Adapun
masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1.
Bagaimana
pengertian IPS dan konsep Pendidikan IPS?
2.
Bagaimana sejarah
perkembangan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Indonesia?
3.
Apakah hakikat pendidikan
atau pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)?
4.
Apa tujuan dari pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS)
5.
Bagaiman Pengembangan
Pembelajaran (IPS)?
6.
Apa saja
Bentuk-Bentuk Strategi Pengembangan Pembelajaran (IPS)?
7.
Apa saja Karakteristik
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)?
C.
Tujuan
Setelah
mempelajari materi Konsep Pendidikan IPS, diharapkan dapat menjelaskan tentang
:
1.
Pengertian
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
2.
Sejarah Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) di Indonesia
3.
Hakikat pengajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS)
4.
Tujuan
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
5.
Mampu mengembangkan Pembelajaran (IPS)
6.
Mengetahui
Bentuk-Bentuk Strategi Pengembangan Pembelajaran (IPS)
7.
Karakteristik pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Pengertian IPS
IPS
merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri,
sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin
ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89).
Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies
(NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”.
Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari
sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum,
sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya
Dalam
bidang pengetahuan sosial, ada banyak istilah. Istilah tersebut meliputi : Ilmu
Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies) dan Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS).
1. Ilmu Sosial (Social
Science)
Achmad Sanusi memberikan
batasan tentang Ilmu Sosial (Saidihardjo,1996.h.2) adalah sebagai berikut:
“Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertarap
akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut
makin ilmiah”.
Menurut Gross (Kosasih
Djahiri,1981.h.1), Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual yang mempelajari
manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada manusia sebagai
anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk.
Nursid Sumaatmadja,
menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosial adalah
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai
anggota masyarakat.
2. Studi Sosial (Social
Studies).
Berbeda dengan Ilmu Sosial,
Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin akademis,
melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah
social. Dalam kerangka kerja pengkajian Studi Sosial menggunakan
bidang-bidang keilmuan yang termasuk bidang-bidang Ilmu Sosial.
Tentang Studi Sosial ini,
Achmad Sanusi (1971:18) memberi penjelasan sebagai berikut : Studi Sosial tidak
selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran
bagi siswa sejak pendidikan dasar, dan dapat berfungsi selanjutnya sebagai
pengantar bagi lanjutan kepada disiplin-disiplin Ilmu Sosial. Studi Sosial
bersifat interdisipliner, dengan menetapkan pilihan judul atau masalah-masalah
tertentu berdasarkan sesuatu rangka referensi, dan meninjaunya dari beberapa
sudut sambil mencari logika dari hubungan-hubungan yang ada satu dengan
lainnya. Sesuatu acara ditinjau dari beberapa sudut sekomprehensif mungkin.
Kerangka kerja Studi Sosial
tidak menekankan pada bidang teoretis, namun lebih kepada bidang-bidang praktis
dalam mempelajari gejala dan masalah-masalah sosial yang terdapat di lingkungan
masyarakat. Studi Sosial tidak terlalu akademis-teoretis, namun merupakan satu
pengetahuan praktis dan dapat diajarkan pada tingkat persekolahan, yaitu mulai
dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi.
Pendekatan yang digunakan
Studi Sosial sangat berbeda dengan pendekatan yang biasa digunakan dalam Ilmu
Sosial. Pendekatan Studi Sosial bersifat interdisipliner atau bersifat
multidisipliner dengan menggunakan berbagai bidang keilmuan. Sedangkan
pendekatan yang digunakan dalam Ilmu Sosial (Social Sciences) bersifat
disipliner dari bidang ilmunya masing-masing. Demikian pula pada tingkat dan
taraf yang lebih rendah pendekatan Studi Sosial lebih bersifat
multidimensional, yaitu meninjau satu gejala atau masalah sosial dari berbagai
dimensi atau aspek kehidupan.
Studi Sosial sebagai bahan
pembelajaran karena sifatnya lebih mendasar dapat disajikan kepada tingkat yang
lebih rendah, sesuai dengan yang dikemukakan oleh John jaromelik (1977:3-4)
sebagai berikut:
Social
studies has as its particular mission the task of helping young people develop
comptencies that enable them to deal with, and to some extent manage, the
physical and social forces of the world in which they live. Such competencies
make to possible for pupils to shape their lives in harmony with those forces.
Social studies education should also provide young people with a feeling of
hope in the future and comfidence in their ability to solve social problems.
3. Pengetahuan Sosial (IPS)
Harus diakui bahwa ide IPS
berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika
Serikat adalah “Social Studies”.
Istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai nama sebuah komite yaitu “Committee of Social Studies” yang
didirikan pada tahun 1913. Tujuan dari pendirian lembaga itu adalah sebagai
wadah himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di
tingkat sekolah dan ahli-ahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat sama.
Definisi IPS menurut National Council for Social Studies
(NCSS), mendifisikan IPS sebagai berikut: social studies is the integrated study
of the science and humanities to promote civic competence. Whitin the school
program, social studies provides
coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology,
economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology,
religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities,
mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to
help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions
for the public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in
an interdependent world.
Pada dasarnya Mulyono Tj.
(1980:8) memberi batasan IPS adalah merupakan suatu pendekatan interdsipliner
(Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan
integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi
budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan
sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS
merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah
mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi,
politik.
B.
Sejarah Pertumbuhan Ilmu
Pengetahuan Sosial
Bidang
studi IPS yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Amerika Serikat, yang di
negara asalnya disebut Social Studies. Pertama kali Social Studies dimasukkan
dalam kurikulum sekolah adalah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar
setengah abad setelah Revolusi Industri (abad 18), yang ditandai dengan
perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga mesin.
Latar
belakang dimasukkannya Social studies dalam kurikulum sekolah di Amerika
Serikat berbeda dengan di Inggris karena situasi dan kondisi yang
menyebabkannya juga berbeda. Penduduk Amerika Serikat terdiri dari berbagai
macam ras diantaranya ras Indian yang merupakan penduduk asli, ras kulit putih
yang datang dari Eropa dan ras Negro yang didatangkan dari Afrika untuk
dipekerjakan di perkebunan-perkebunan negara tersebut.
Pada
awalnya penduduk Amerika Serikat yang multi ras itu tidak menimbulkan masalah.
Baru setelah berlangsung perang saudara antara utara dan selatan atau yang
dikenal dengan Perang Budak yang berlangsung tahun l861-1865 dimana pada saat
itu Amerika Serikat siap untuk menjadi kekuatan dunia, mulai terasa adanya
kesulitan, karena penduduk yang multi ras tersebut merasa sulit untuk menjadi
satu bangsa.
Selain
itu juga adanya perbedaan sosial ekonomi yang sangat tajam. Para pakar
kemasyarakatan dan pendidikan berusaha keras untuk menjadikan penduduk yang
multi ras tersebut menjadi merasa satu bangsa yaitu bangsa Amerika. Salah satu
cara yang ditempuh adalah dengan memasukkan social studies ke dalam kurikulum
sekolah di negara bagian Wisconsin pada tahun 1892. Setelah dilakukan penelitian,
maka pada awal abad 20, sebuah Komisi Nasional dari The National Education Association memberikan rekomendasi tentang
perlunya social studies dimasukkan ke dalam kurikulum semua sekolah dasar dan
sekolah menengah Amerika Serikat. Adapun wujud social studies ketika lahir
merupakan semacam ramuan dari mata pelajaran sejarah, geografi dan civics.
Di
samping sebagai reaksi para pakar Ilmu Sosial terhadap situasi sosial di
Inggris dan Amerika Serikat, pemasukan Social Studies ke dalam kurikulum
sekolah juga dilatarbelakangi oleh keinginan para pakar pendidikan. Hal ini
disebabkan mereka ingin agar setelah meninggalkan sekolah dasar dan menengah,
para siswa: (1) menjadi warga negara yang baik, dalam arti mengetahui dan
menjalankan hak-hak dan kewajibannya; (2) dapat hidup bermasyarakat secara
seimbang, dalam arti memperhatikan kepentingan pribadi dan masyarakat. Untuk
mencapai tujuan tersebut, para siswa tidak perlu harus menunggu belajar
Ilmu-ilmu Sosial di perguruan tinggi, tetapi sebenarnya mereka sudah mendapat
bekal pelajaran IPS di sekolah dasar dan menengah. Pengembangan Pendidikan IPS
SD.
Pertimbangan
lain dimasukkannya social studies ke dalam kurikulum sekolah adalah kemampuan
siswa sangat menentukan dalam pemilihan dan pengorganisasian materi IPS. Agar
materi pelajaran IPS lebih menarik dan lebih mudah dicerna oleh siswa sekolah
dasar dan menengah, bahan-bahannya diambil dari kehidupan nyata di lingkungan
masyarakat. Bahan atau materi yang diambil dari pengalaman pribadi, teman-teman
sebaya, serta lingkungan alam, dan masyarakat sekitarnya. Hal ini akan lebih
mudah dipahami karena mempunyai makna lebih besar bagi para siswa dari pada
bahan pengajaran yang abstrak dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial.
Latar
belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia
sangat berbeda dengan di Inggris dan Amerika Serikat. Pertumbuhan IPS di
Indonesia tidak terlepas dari situasi kacau, termasuk dalam bidang pendidikan,
sebagai akibat pemberontakan G30S/PKI, yang akhirnya dapat ditumpas oleh Pemerintahan
Orde Baru. Setelah keadaan tenang pemerintah melancarkan Rencana Pembangunan
Lima Tahun (Repelita). Pada masa Repelita I (1969-1974) Tim Peneliti Nasional
di bidang pendidikan menemukan lima masalah nasional dalam bidang pendidikan.
Kelima masalah tersebut antara lain:
1.
Kuantitas, berkenaan dengan
perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.
2.
Kualitas, menyangkut
peningkatan mutu lulusan
3.
Relevansi, berkaitan dengan
kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan pembangunan.
4.
Efektifitas sistem pendidikan
dan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana.
5.
Pembinaan generasi muda
dalam rangka menyiapkan tenaga produktif bagi kepentingan pembangunan nasional.
Pada
tahun 2004, pemerintah melakukan perubahan kurikulum kembali yangn dikenal
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam kurikulum SD, IPS berganti
nama menjadi Pengetahuan Sosial. Pengembangan kurikulum Pengetahuan Sosial
merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran
Pengetahuan Sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat.
C.
Rasional Mempelajari IPS.
Rasionalisasi
mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa
dapat:
1.
Mensistematisasikan bahan,
informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan
lingkungannya menjadi lebih bermakna.
2.
Lebih peka dan tanggap
terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab.
3.
Mempertinggi rasa toleransi
dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antarmanusia.
IPS
atau disebut Pengetahuan Sosial pada kurikulum 2004, merupakan satu mata
pelajaran yang diberikan sejak SD dan MI sampai SMP dan MTs. Untuk jenjang SD
dan MI Pengetahuan Sosial memuat materi Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan.
Pada
haikatnya, pengetahuan Sosial sebagai suatu mata pelajaran yang menjadi wahana
dan alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, antara lain:
1.
Siapa diri saya?
2.
Pada masyarakat apa saya
berada?
3.
Persyaratan-persyaratan apa
yang diperlukan diri saya untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat
dan bangsa?
4.
Apa artinya menjadi anggota
masyarakat bangsa dan dunia?
5.
Bagaimanakah kehidupan
manusia dan masyarakat berubah dari waktu ke waktu?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dijawab
oleh setiap siswa, dan jawabannya telah dirancang dalam Pengetahuan sosial
secara sistematis dan komprehensip. Dengan demikian, Pengetahuan Sosial
diperlukan bagi keberhasilan siswa dalam kehidupan di masyarakat dan proses
menuju kedewasaan.
D.
Hakikat Dan Tujuan
Pendidikan IPS
a. Hakikat
Pendidikan IPS
Hakikat IPS, adalah telaah
tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup
bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang ini orang
dapat berkomunikasi dengan cepat di manapun mereka berada melalui handphone dan
internet. Kemajuan Iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu
dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan demikian maka
arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu diyakini
bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang akan menguasai dunia”.
Suatu tempat atau ruang
dipermukaan bumi, secara alamiah dicirikan oleh kondisi alamnya yang meliputi
iklim dan cuaca, sumber daya air, ketinggian dari permukaan laut, dan sifat-sifat
alamiah lainnya. Jadi bentuk muka bumi seperti daerah pantai, dataran rendah,
dataran tinggi, dan daerah pegunungan akan mempengaruhi terhadap pola kehidupan
penduduk yang menempatinya. Lebih jelasnya Anda dapat mencermati contoh berikut
ini.
·
Corak kehidupan masyarakat
di tepi pantai utara Jawa yang bentuknya landai dengan laut yang tenang dan
tidak begitu tinggi serta arus angin yang tidak begitu kencang, sangat
menguntungkan bagi masyarakat untuk mencari ikan. Hal ini disebabkan ikan
banyak berkumpul di kawasan laut yang dangkal yang masih tertembus sinar
matahari. Oleh karena itu mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai
nelayan. Hampir semua pelabuhan-pelabuhan besar di pulau Jawa sebagian besar
terletak di pantai utara Jawa.
·
Dataran rendah yang
meliputi daerah pantai sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut
merupakan kawasan yang cadangan airnya cukup, didukung oleh iklimnya yang
cocok, merupakan potensi alam yang cocokuntuk dikembangkan sebagai areal
pertanian, misalnya Karawang, Bekasi, Indramayu, Subang dan sebagainya. Dataran
tinggi yang beriklim sejuk, dengan cadangan air yang sudah semakin berkurang
maka sistem pertanian yang dikembangkan adalah pertanian lahan kering dan
holtikultura seperti sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias.
·
Lain dengan daerah
pegunungan yang memiliki corak tersendiri. Karena sedikitnya persediaan air
tanah, mengakibatkan pemukiman penduduk terpusat di lembah-lembah atau
mendekati alur sungai. Hal ini dikarenakan mereka berusaha untuk mendapatkan sumber
air yang relatif mudah. Ladang yang mereka usahakan biasanya terletak di lembah
pegunungan.
Aspek pengaturan dan kebijakan ini termasuk
aspek politik
Marilah kita cermati
kembali apa yang sudah kita pelajari di atas. Setelah kita pelajari ternyata kehidupan
itu banyak aspeknya, meliputi aspek-aspek:
1.
hubungan sosial: semua hal
yang berhubungan dengan interaksi manusia tentang proses, faktor-faktor,
perkembangan, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu sosiologi.
2.
ekonomi: berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan manusia, perkembangan, dan permasalahannya dipelajari dalam
ilmu ekonomi.
3.
psikologi: dibahas dalam
ilmu psikologi.
4.
budaya: dipelajari dalam
ilmu antropologi.
5.
sejarah: berhubungan dengan
waktu dan perkembangan kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu sejarah.
6.
geografi: hubungan ruang
dan tempat yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia dipelajari dalam
ilmu geografi.
7.
politik: berhubungan dengan
norma, nilai, dan kepemimpinan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat
dipelajari dalam ilmu politik
b. Tujuan
Pendidikan IPS
Berdasarkan
pada falsafah negara tersebut, maka telah dirumuskan tujuan pendidikan
nasional, yaitu:
membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila
dan untuk membentuk manusia yang sehat jasmani dan rokhaninya, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat
menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan
kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai
bangsanya, dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan yang termaksud dalam
UUD 1945.
Berkaitan
dengan tujuan pendidikan di atas, kemudian apa tujuan dari pendidikan IPS yang
akan dicapai? Tentu saja tujuan harus dikaitkan dengan kebutuhan dan
disesuaikan dengan tantangan-tantangan kehidupan yang akan dihadapi anak.
Berkaitaan dengan hal tersebut, kurikulum 2004 untuk tingkat SD menyatakan
bahwa, Pengetahuan Sosial (sebutan IPS dalam kurikulum 2004), bertujuan untuk:
1.
mengajarkan konsep-konsep
dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, pedagogis,
dan psikologis.
2.
mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan
social.
3.
membangun komitmen dan
kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4.
meningkatkan kemampuan
bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara
nasional maupun global.
Sejalan
dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid Sumaatmadja. 2006)
adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian social yang berguna bagi dirinya
serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik
merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa,
yaitu : (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai
sosial dan sikap, (4) keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41).
Untuk
lebih jelasnya akan dibahas satu persatu.
1) Pengetahuan
dan Pemahaman
Salah
satu fungsi pengajaran IPS adalah mentransmisikan pengetahuan dan pemahaman
tentang masyarakat berupa fakta-fakta dan ide-ide kepada anak.
2) Sikap
belajar
IPS
juga bertujuan untuk mengembangkan sikap belajar yang baik. Artinya dengan
belajar IPS anak memiliki kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide,
konsep-konsep baru sehingga mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang
akan datang.
3) Nilai-nilai
sosial dan sikap
Anak
membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena dunia sekitarnya, sehingga
mereka mampu melakukan perspektif. Nilai-nilai sosial merupakan unsur penting
di dalam pengajaran IPS. Berdasar nilai-nilai sosial yang berkembang dalam
masyarakat, maka akan berkembang pula sikap-sikap sosial anak. Faktor keluarga,
masyarakat, dan pribadi/tingkah laku guru sendiri besar pengaruhnya terhadap
perkembangan nilai-nilai dan sikap anak. Nilai-nilai tersebut, meliputi
nilai edukatif, nilai praktis, nilai teoretis, nilai filsafat, dan nilai
ketuhanan. Dengan pengembangan nilai-nilai tersebut diharapkan sumber daya
manusia Indonesia diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan, kepedulian,
kesadaran, dan tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap masyarakat, bangsa,
dan negaranya, bagi pengembangan kini dan mendatang. Selanjutnya mari kita
jelaskan satu per satu tentang nilai-nilai tersebut seperti dikemukakan oleh
Nursid Sumaatmadja (1997), yaitu sebagai berikut:
a.
Nilai Edukatif
Salah
satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS, yaitu adanya perubahan
perilaku sosial peserta didik ke arah yang lebih baik. Perilaku tersebut,
meliputi aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Peningkatan kognitif
disini tidak hanya terbatas makin meningkatnya pengetahuan sosial, melainkan
pula peningkatan nalar sosial dan kemempuan mencari alternatif-alternatif
pemecahan masalah sosial. Oleh karena itu, materi ang dibahas pada pendidikan
IPS ini, jangan hanya terbatas pada kenyataan, fakta dan data sosial, melainkan
juga mengangkat masalah sosial yang terjadi sehari-hari.
Dalam
proses peningkatan perilaku sosial melalui pembinaan nilai edukatif, tidak
hanya terbatas pada perilaku kognitif, melainkan lebih mendalam lagi berkenaan
dengan perilaku afektifnya. Justru perilaku inilah yang lebih mewarnai afpek
kemanusiaan. Melalui pendidikan IPS, perasaan, kesadaran, penghayatan, sikap,
kepedulian, dan tanggung jawab sosial peserta didik ditingkatkan. Masalh
sebagai fakta sosial diprases melalui berbagai metode dan pendekatan sampai
betul-betul membangkitkan kepedulian serta tanggung jawab peserta didik.
b. Nilai
Praktis
Pembelajaran
dan pendidikan apa pun, nilainya tidak berarti apabila tidak dapat diterapkan
secara praktis dalam kehidupan sosial sehari-hari. Dengan kata lain,
pembelajaran dan pendidikan dianggap tidak memiliki makna yang baik, jika tidak
memiliki nilai praktis. Oleh karena itu, pokok bahasan IPS itu jangan hanya
tentang pengetahuan yang konseptual-teoretis belaka, melainkan digali dari
kehidupan sehari-hari, misalnya mulai dari lingkungan terkecil keluarga, di
pasar, di jalan, di tempat-tempat bermain dan seterusnya. Dalam hal ini nilai praktis
itu disesuaikan dengan tingkat usia dan kegiatan peserta didik
sehari-hari. Pengetahuan IPS yang praktis tersebut bermanfaat dalam mengikuti
berita, mendengarkan radio, membaca buku cerita, menghadapi permaslahan
kehidupan sehari-hari sampai dengan pengetahuan IPS yang berguna melaksanakan
pekerjaan sebagai wartawan, pejabat daerah, dan demikian selanjutnya.
Pembelajaran pada pendidikan IPS tersebut diproses secara menarik, tidak
terlepas dari kehidupn sehari-hari, dan secara langsung memiliki nilai praktis
serta strategis dalam membina SDM sesuai dengan kenyataan hidup hari ini,
terutama untuk masa-masa yang akan datang.
c. Nilai
Teoretis
Membina
peserta didik hari ini pada proses perjalanannya diarahkan menjadi SDM untuk
hari esok. Oleh karena itu, pendidikan IPS tidak hanya menyajikan dan membahas
kenyataan, fakta dan data yang terlepas-lepas, melainkan lebih jauh dari pada
itu menelaah keterkaitan aspek kehidupan sosial dengan yang lain-lainnya.
Peserta didik dibina dan dikembangkan daya nalarnya ke arah dorongan mengetahui
sendiri kenyataan (sense of reality)
dan dorongan menggali sendiri di lapangan (sense
of discovery). Kemampuan menyelidiki dan meneliti dengan mengajukan
berbagai pernyataan (sense of inquiry)
mereka dibina serta dikembangkan. Dengan demikian, kemampuan mereka mengajukan
hipotesis dan dugaan-dugaan terhadap suatu persoalan, juga berkembang. Dalam
menghadapi kehidupan sosial yang berkembang dengan cepat dan juga cepat
berubah, kemampuan berteori ini sangat berguna serta strategis. Melalui
pendidikan IPS, nilai teoretis ini dibina dan dikembangkan.
d. Nilai
Filsafat
Pembahasan
ruang lingkup IPS secara bertahap dan keseluruhan sesuai dengan perkembangan
kemampuan peserta didik, dapat mengembangkan kesadaran mereka selaku anggota
masyarakat atau sebagai makhluk sosial. Melalui proses yang demikian, peserta
didik dikembangkan kesadaran dan penghayatannya terhadap keberadaannya di
tengah-tengah masyarakat, bahkan juga di tengah-tengah alam raya ini. Dari
kesadaran terhadap keberadaannya tadi, mereka disadarkan pula tentang
peranannya masing-masing terhadap masyarakat, bahkan terhadap alam lingkungan
secara keseluruhan. Dengan kata lain, kemampuan mereka merenungkan keberadaan
dan peranannya di masyarakat ini, makin dikembangkan. Atas kemampuan mereka
berfilsafat, tidak luput dari jangkauan pendidikan IPS. Dengan demikian, nilai
filsafat yang demikian sangat berfaedah dalam kehidupan bermasyrakat, tidak
luput dari perhatian pendidikan IPS ini.
e. Nilai
Ketuhanan
Pendidikan
IPS dengan ruang lingkup dan aspek kehidupan sosial yang demikian luas
cakupannya, menjadi landasan kuat bagi penanaman dan pengembangan nilai
ketuhanan yang menjadi kunci kebahagiaan kita baik lahir maupun batin. Nilai
ketuhanan ini menjadi landasan moralitas Sumber Daya Manusia (SDM) hari ini dan
terutama masa yang akan datang. Hal ini wajib menjadi perhatian Anda dan semua
selaku guru IPS bahwa materi dan proses pembelajaran apa pun pada pendidikan
IPS, wajib berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan.
4) Keterampilan
dasar IPS
Anak
belajar menggunakan keterampilan dan alat-alat studi sosial, misalnya mencari
bukti dengan berpikir ilmiah, keterampilan mempelajari data masyarakat,
mempertimbangkan validitas dan relevansi data, mengklasifikasikan dan
menafsirkan data-data sosial, dan merumuskan kesimpulan.
E. Pengembangan Pembelajaran IPS.
IPS di SD/MI dibelajarkan secara integrasi,
di SMP/MTs dengan fusi dan Korelasi sedangkan di SMA/MA dengan Sparated
Approach. Hal ini dilakukan menyesuaikan dengan tingkat pemahaman peserta didik
pada masing-masing jenjang pendidikan. Lebih jauh lagi, Kurikulum 2004 pada
SD/MI pelajaran IPS ( sekarang menjadi PS/PKN ) sudah mulai diajarkan di Kelas
I padahal Kurikulum sebelumnya IPS diajarkan mulai Kelas III. Hal ini
dimaksudkan agar peserta didik sudah mengenal bentuk bentuk interaksi sosial
yang terjadi di masyarakat sejak dini.
Disamping itu, dalam pembuatan Silabus
Kurikulum 2004 pada kolom Strategi pembelajaran mencakup 2 kegiatan
pembelajaran yang meliputi tatap muka dan pengalaman belajar.
Tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara guru
dengan peserta didik, seperti : ceramah, diskusi, presentasi seminar di bawah
bimbingan guru, ujuian blok, kuis, dan lain-lain.
Pengalaman
Belajar adalah
interaksi antara peserta didik dengan bahan ajar tanpa dihadiri guru. Bentuk
pengalaman belajar ini dapat berada di dalam kelas maupun di luar kelas. Di
dalam kelas misalnya peserta didik diberi tugas membaca di perpustakaan dan
selanjutnya diminta merangkum hasilnya, belajar peta buta bersama temannya,
telaah undang-undang, dan sebagainya.
Pengalaman
belajar di luar kelas misalnya mengunjungi pusat pemerintahan ( Balai Desa,
Kantor Kecamatan, Kantor Kabupaten ), megunjungi sentral industri daerah
kemudian membuat laporan, dan lain-lain.
F. Bentuk-Bentuk
Strategi Pengembangan Pembelajaran IPS.
Pada dasarnya pengalaman belajar yang
diperoleh peserta didik meliputi pengalaman kognitif, afektif dan psikomotorik
Bentuk-bentuk yang merupakan Strategi Pengembangan Pembelajaran IPS adalah :
a.
Pembelajaran otentik (authentic
instruction), yaitu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar
dalam konteks yang bermakna, sehingga menguatkan ikatan pemikiran dan ketrampilan
memecahkan masalah-masalah penting dalam kehidupan di masyarakat
b.
Pembelajaran berbasis inkuiri (inquiry
based learning), yaitu memaknakan strategi pembelajaran dengan
metode-metode pengetahuan alam, sehingga diperoleh pembelajaran yang bermakna.
c.
Pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning), yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan
masalah-masalah yang ada di dunia nyata atau di sekelilingnya sebagai konteks
bsgi peserta didik untuk belajar kritis dan ketrampilan memecahkan masalah, dan
untuk memperoleh konsep utama dari suatu mata pelajaran.
d.
Pembelajaran layanan (service
learning), yaitu metode pembelajaran yang menggabungkan layanan masyarakat
dengan struktur lembaga pendidikan untuk merefleksikan layanan, menekankan
hubungan antara layanan yang dialami dan pembelajaran akademik di lembaga
pendidikan.
e.
Pembelajaran berbasis kerja (work
based learning), yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan konteks
tempat kerja, dan membahas penerapan konsep mata pelajaran di lapangan. Prinsip
kegiatan pembelajaran di atas pada dasarnya adalah penekanan pada penerapan
konsep mata pelajaran di lapangan, dan menggunakan masalah-masalah lapangan
untuk dibahas di lembaga pendidikan.
G. Karakteristik
Konsep Dasar IPS
Ruang
lingkup IPS tidak lain adalah kehidupan sosial manusia di masyarakat. Oleh
karena itu, masyarakat inilah yang menjadi sumber utama IPS. Aspek kehidupan
sosial apapun yang kita pelajari, apakah itu hubungan sosial, ekonomi, budaya,
kejiwaan, sejarah, geografi ataukah itu politik, bersumber dari masyarakat.
Sebagai contoh, secara langsung kita mengamati, mempelajari, bahkan mengalami
aspek kehidupan sosial yang kita sebut ekonomi, tidak terlepas dari masyarakat.
Ataukah dengan kata lain, aspek ekonomi ini bersumber dari masyarakat.
Pemenuhan kebutuhan pokok, hubungan kegiatan ekonomi, seperti pedagang, proses
produksi, semuanya terjadi di masyarakat. Dengan demikian masyarakat ini
menjadi sumber materi IPS.
Sebagai
program pendidikan IPS yang layak harus mampu memberikan berbagai pengertian
yang mendasar, melatih berbagai keterampilan,, serta mengembangkan sikap moral
yang dibutuhkan agar peserta didik menjadi warga masyarakat yang berguna, baik
bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Ketiga
aspek yang dikaji dalam proses pendidikan IPS (memberikan berbagai pengertian
yang mendasar, melatih berbagai keterampilan, serta mengembangkan sikap moral
yang dibutuhkan) merupakan karakteristik IPS sendiri.
Nu’man
Somantri, yang dikutip oleh Daldjoeni (1981) menyatakan bahwa pembaharuan pengajaran
IPS sebenarnya masih dalam proses yang penuh berisi berbagai eksperimen. Adapun
ciri-ciri yang kedapatan di dalamnya memuat rincian sebagai berikut.
a)
Bahwa pelajarannya akan
lebih banyak memperhatikan minat para siswa, masalah-masalah sosial dekat, keterampilan
berpikir (khususnya tentang menyelidiki sesuatu), serta pemeliharaan dan
pemanfaatan lingkungan alam.
b)
Program studi IPS akan
mencerminkan berbagai kegiatan dasar dari manusia.
c)
Organisasi kurikulum IPS
akan bervariasi dari susunan yang integreted (terpadu), correlated (berhubungan) sampai
yang separated (terpisah).
d)
Susunan bahan pembelajaran
akan bervariasi dari pendekatan kewargaan negara, fungsional, humanitis sampai
yang struktural.
e)
Kelas pengajaran IPS akan
dijadikan laboratorium demokrasi.
f)
Evaluasinya tak hanya akan
mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomor saja, tetapi juga
mencobakan mengembangkan apa yang disebut democratic quotient dan citizenship
quotient.
g)
Unsur-unsur sosiologi dan
pengetahuan sosial lainnya akan melengkapi program pembelajaran IPS, demikian
pula unsur-unsur science,
teknologi, matematika, dan agama akan ikut memperkaya bahan pembelajarannya.
Karakteristik
lain yang juga merupakan ciri mandiri pengajaran IPS, yakni digunakannya
pendekatan pengembangan bahan pembelajaran IPS dalam rangka menjawab
permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam proses pembelajaran, baik di
Sekolah Dasar maupun Lanjutan.
Pemilihan
atau seleksi konsep-konsep ilmu-ilmu sosial guna pengembangan materi
pembelajaran IPS sesuai dengan kebutuhan pembelajaran pada tingkat yang berbeda
tidaklah mudah, namun harus didasarkan pada beberapa prinsip, seperti yang
dikemukakan oleh Buchori Alma dan Harlasgunawan (1987) yang menyatakan
prinsip-prinsip tersebut, antara lain berikut ini.
a.
Keperluan
Konsep
yang akan diajarkan harus konsep yang diperlukan oleh peserta didik
dalam memahami “dunia” sekitarnya. Oleh sebab itu, lingkungan hidup yang
berbeda memerlukan konsep yang berlainan pula.
b.
Ketepatan
Perumusan
yang akan diajarkan harus tepat sehingga tidak memberi peluang bagi penafsiran
yang salah (salah konsep).
c.
Mudah Dipelajari
Konsep
yang diperoleh harus dapat disajikan dengan mudah. Fakta dan contohnya harus
terdapat di lingkungan hidup peserta didik serta sudah dikenal oleh para
peserta didik tersebut.
d.
Kegunaan
Konsep
yang akan diajarkan hendaknya benar-benar berguna bagi kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara Indonesia pada umumnya serta masyarakat lingkungan
dimana ia hidup bersama dalam keluarga serta masyarakat terdekat pada khususnya.
Evaluasi pembelajaran IPS yang
berkesinambungan, sebaiknya dilakukan terus-menerus sesuai dengan
keterlaksanaan proses pembelajarannya. Evaluasi semacam ini merupakan barometer
atau pengecekan apakah proses yang berlangsung itu dapt diikuti dan dipahami
oleh peserta didik. Apakah target yang telah ditetapkan atau kompetensi yang
telah ditetapkan sudah dapat dicapai. Evaluasi semacam ini bisa kita sebut
sebagai evaluasi formatif, sedangkan evaluasi yang merupakan kulminasi tadi,
merupakan penilaian keberhasilan dari seluruh rangkaian proses kegiatan
pembelajaran atau biasa kita sebut dengan evaluasi sumatif.
Untuk membahas lebih jelas
tentang karakteristik IPS, dapat dilihat dari berbagai pandangan. Berikut
ini dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi
penyampaiannya.
1.
Materi IPS
Ada
5 macam sumber materi IPS antara lain:
a.
Segala sesuatu atau apa
saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa,
kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai
permasalahannya.
b.
Kegiatan manusia misalnya:
mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi.
c.
Lingkungan geografi dan
budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari
lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
d.
Kehidupan masa lampau,
perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan
terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang
besar.
e.
Anak sebagai sumber materi
meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga.
2. Strategi
Penyampaian Pembelajaran IPS
Strategi penyampaian
pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu
materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga,
kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or Expanding Enviroment
Curriculum” (Mukminan, 1996:5).
Sebutan Masa Sekolah Dasar,
merupakan periode keserasian bersekolah, artinya anak sudah matang untuk
besekolah. Adapun kriteria keserasian bersekolah adalah sebagai berikut.
1)
Anak harus dapat
bekerjasama dalam kelompok dengan teman-teman sebaya, tidak boleh tergantung
pada ibu, ayah atau anggota keluarga lain yang dikenalnya.
2)
Anak memiliki kemampuan
sineik-analitik, artinya dapat mengenal bagian-bagian dari keseluruhannya, dan
dapat menyatukan kembali bagian-bagian tersebut.
3)
Secara jasmaniah anak sudah
mencapai bentuk anak sekolah.
Menurut Preston (dalam
Oemar Hamalik. 1992 : 42-44), anak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1)
Anak merespon (menaruh
perhatian) terhadap bermacam-macam aspek dari dunia sekitarnya.Anak secara
spontan menaruh perhatian terhadap kejadian-kejadian-peristiwa, benda-benda
yang ada disekitarnya. Mereka memiliki minat yang laus dan tersebar di sekitar
lingkungnnya.
2)
Anak adalah seorang
penyelidik, anak memiliki dorongan untuk menyelidiki dan menemukan sendiri
hal-hal yang ingin mereka ketahui.
3)
Anak ingin berbuat, ciri
khas anak adalah selalu ingin berbuat sesuatu, mereka ingin aktif, belajar, dan
berbuat
4)
Anak mempunyai minat yang
kuat terhadap hal-hal yang kecil atau terperinci yang seringkali kurang
penting/bermakna
5)
Anak kaya akan imaginasi,
dorongan ini dapat dikembangkan dalam pengalaman-pengalaman seni yang
dilaksanakan dalam pembelajaran IPS sehingga dapat memahami orang-orang di
sekitarnya. Misalnya pula dapat dikembangkan dengan merumuskan hipotesis dan
memecahkan masalah.
BAB III
KESIMPULAN
IPS merupakan bidang studi baru, karena dikenal sejak diberlakukan
kurikulum 1975. Dikatakan baru karena cara pandangnya bersifat terpadu, artinya
bahwa IPS merupakan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran sejarah, geografi,
ekonomi, sosiologi, antropologi. Adapun perpaduan ini disebabkan mata
pelajaran-mata pelajaran tersebut mempunyai kajian yang sama yaitu manusia
Pendidikan IPS penting diberikan kepada siswa pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah, karena siswa sebagai anggota masyarakat
perlu mengenal masyarakat dan lingkungannya. Untuk mengenal masyarakat siswa
dapat beljar melalui media cetak, media elektronika, maupun secara langsung
melalui pengalaman hidupnya ditengah-tengah msyarakat. Dengan pengajaran IPS,
diharapkan siswa dapat memiliki sikap peka dan tanggap untuk bertindak secara
rasional dan bertanggungjawab dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang
dihadapi dalam kehidupannya.
Dengan
uraian yang sudah dijelaskan di atas, akhirnya kita dapat menarik
kesimpulan-kesimpulan yang berhubungan dengan strategi pengembangan
pembelajaran IPS yaitu :
1. Bahwa
sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS yang ingin mempersiapkan anak didik
menjadi warga negara yang baik, maka pembelajaran IPS harus berintegrasi dengan
pembelajaran kewarganegaraan, budi pekerti, seni dan agama.
2. Pengembangan
pembelajaran IPS harus mencakup kompetensi 3 ranah, agar pembelajaran IPS dapat
berfungsi dan mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
3. Bentuk-bentuk
strategi yang dikembangkan dalam pembelajaran IPS harus menyesuaikan diri
dengan lingkungan hidup peserta didik sehingga pembelajaran IPS tidak hanya
sekedar verbalistik dan bersifat hafalan semata.
Buchori Alma, dan
Harlasgunawan. (1987). Hakikat
Dasar Studi Sosial. Bandung: Sinar Baru.
Cheppy, (tanpa
tahun). Strategi Ilmu Pengetahuan
Sosial. Surabaya: Penerbit Karya Anda.
Fitria, Dewi. 2010. http://fitriawidie.blogspot.com/2012/10/hakikat-dan-karakteristik-konsep-dasar_5.html
N. Daldjoeni. (1981). Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (Buku
Pengantar Bagi Mahasiswa dan Guru). Bandung: Penerbit Alumni.
Nu’man Somantri, (Editor
Edi Supriadi dan Rohmat Mulyana). (2001).
ConversionConversion EmoticonEmoticon